Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Powered by Blogger

July 22, 2009

Gerhana Matahari Total...Kapan Ya Kita Bisa Merasakannya?

Sungguh penasaran saat membaca berita bahwa hari ini, tanggal 22 Juli 2009 sedang terjadi gerhana matahari total (GMT), yang kabarnya terlama di abad 21 ini. Mana, kok nggak terasa gerhananya?

Peristiwa alam yang sungguh menakjubkan ini rupanya hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang berada di belahan bumi utara, dalam garis lintasan area gerhana yang dimulai dari India, bergerak melintasi Nepal, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, dan China sebelum berakhir di Samudra Pasifik. Katanya, GMT secara sempurna (keadaan gelap gulita) bisa dilihat di kota Shanghai, lebih dari 6 menit! Aduh, senang sekali mereka ya penduduk Shanghai, bisa benar-benar merasakan peristiwa alam yang sering tapi jarang terjadi ini.


Lintasan GMT 22 Juli 2009 (Sumber gambar: wikipedia.org)














Sementara di Indonesia?
Yang tinggal di sekitaran Jabodetabek dan pulau Jawa pada umumnya, ya wassalam! Sayang sekali, belum diberikan kesempatan untuk menikmati tanda kebesaran Allah tersebut! Belum saatnya kita menjadi saksi terjadinya GMT yang cukup lama ini. Hanya masyarakat yang berada di Indonesia bagian utara yang bisa melihat gerhana itu, dan itupun hanya gerhana sebagian. Tuh, orang Banda Aceh, anda bisa melihatnya! Juga anda yang tinggal di Kalimantan bagian Utara, Sulawesi bagian Utara, Maluku Utara dan sekitarnya. Gerhana sebagian, tidak apa-apalah, yang penting masih kebagian. Tinggal anda berharap kondisi langit cerah, supaya bisa melihat dengan jelas matahari yang tertutup bulan yang melintas tersebut. Eitt…jangan lupa pakai alat bantu yang benar-benar aman untuk melihatnya!

Gerhana matahari adalah fenomena alam yang sering terjadi, namun kejadian GMT yang cukup lama waktunya (di atas 5 menit, di satu tempat), memang sangat jarang. Seringkali waktunya hanya singkat, atau yang lebih sering terjadi adalah tempat kita berada tidak dilalui oleh bayang-bayang (bukan bayangan lho!) bulan yang jatuh ke permukaan bumi itu. Seperti di bulan Januari lalu juga terjadi gerhana, bukan GMT melainkan berupa gerhana matahari cincin, kita yang berada di sekitar Jabodetabek umumnya tidak kebagian untuk melihatnya, karena cuaca kurang mendukung. Iri rasanya mendengar warga Lampung bisa menyaksikan keindahan cincin matahari akibat gerhana itu.

Apalagi gerhana matahari sekarang. Tambah jauh lokasi kejadiannya! Paling kita bisa menyaksikannya lewat televisi, mudah-mudahan ada stasiun TV yang menyiarkannya.

Sewaktu kecil, yang saya ingat persis, saya pernah dua kali mengalami peristiwa gerhana matahari. Kedua-duanya terjadi pada saat saya masih tinggal di kota kelahiran, Bandung. Dan seingat saya, kedua-duanya tidak sampai menimbulkan suasana gelap bagaikan malam, yang artinya gerhana yang dialami hanya gerhana sebagian.

Sewaktu pengalaman pertama, saya melihat di beberapa tempat sekitar rumah saya, ada orang-orang yang memukul lesung pada saat kejadian gerhana. Tung..tung..tung! Katanya, itu untuk mengusir raksasa yang hendak memakan matahari tersebut. Mitos itu masih melekat pada sebagian masyarakat saat itu (di era tahun 70an), bahwa matahari yang tertutupi benda hitam adalah sedang dimakan raksasa (Waduh!).

Maklumlah, saat itu orang yang memiliki televisi belum begitu banyak, surat kabar pun masih sedikit orang yang berlangganan. Pengetahuan modern belum menyentuh mereka, ditambah lagi adalah mereka menjalan tradisi, yang belum tentu mereka tahu untuk apa mereka melakukan hal itu.

Yang kedua adalah di tahun 1983, GMT yang juga cukup lama, sekitar 5 menit. Keadaan saat itu cukup gelap, meskipun tidak segelap di malam hari. Bagaikan seorang peneliti (he..he..he..biarpun masih anak-anak), ada dua hal yang saya lakukan saat itu, terinspirasi dari bacaan di surat kabar dan majalah. Pertama adalah mengamati tanaman putri malu, dan kebetulan di sekitar rumah masih banyak tanah kosong, banyak ditumbuhi oleh tanaman putri malu. Seperti kita ketahui, selain tersentuh atau tergerakkan, tanaman tersebut juga akan menunduk di malam hari. Nah, apakah pada saat kegelapan gerhana tanaman tersebut juga tertunduk malu? Ternyata yang saya lihat memang si putri sedikit malu, sedikit menguncupkan daun dan menundukkan tulang-tulang daunnya. Sepertinya perlu keadaan gelap yang agak lama untuk membuat si putri benar-benar malu…he..he..he..


Tumbuhan Putri Malu (Mimosa pudica, sumber gambar: id.wikipedia.org)








Satu lagi yang saya lakukan saat itu adalah mengamati ayam-ayam yang sedang berkeliaran, yang kebetulan juga ada tetangga yang memelihara. Ayam-ayam yang sehari-harinya dilepas itu biasanya jika senja tiba, suasana sudah sedikit gelap, mereka akan pulang sendiri ke kandangnya. Nah, apakah pada saat gerhana juga mereka pulang? Pengamatan saya, ternyata mereka terlihat kebingungan, antara mau kembali ke kandang dan tetap bermain (he..he..he..kayak anak-anak saja!) serta berkeliaran mencari makan. Barangkali jam tubuh mereka bilang, belum saatnya mereka masuk kandang. Tapi langit kok sudah terlihat gelap ya?

Benar-benar menarik, dan sebenarnya banyak yang bisa kita pelajari dan kita amati di sekitar kita, selain mengamati langsung kejadian di langit (Sekali lagi, melihat kejadian di langit tidak boleh dengan mata telanjang. Harus memakai alat bantu yang benar-benar aman, karena katanya alat bikinan sendiri juga umumnya masih beresiko).

Gerhana ini juga mengingatkan saya, dulu pernah membaca buku cerita, karangan Mark Twain kalau tidak salah. Kisah seorang Amerika yang kita sebut saja Yankee, dalam suatu kejadian dia pingsan, ketika sadar tiba-tiba dirinya terdampar di masa ratusan tahun yang lalu di negeri Inggris, di zaman Raja Arthur berkuasa. Si Yankee itu telah mengalahkan penyihir kerajaan Merlin dengan mengandalkan pengetahuan dan teknik ilmu modern. Pada saat dia akan mengalami hukuman dibakar hidup-hidup di tengah-tengah alun-alun kerajaan, dia berteriak lantang kepada sang raja dan orang-orang yang menyaksikan, bahwa dirinya bisa menggelapkan matahari. Kebetulan, pada saat sebelum pingsan dan berpindah masa, Yankee membaca berita di koran bahwa besoknya akan terjadi gerhana matahari total, dan ternyata memang, beberapa saat setelah tantangan dia itu, matahari pun berangsur-angsur gelap. Sang raja dan orang-orang yang melihat matahari tiba-tiba menghitam dan gelap tiba-tiba datang, memohon-mohon agar matahari segera dikembalikan. Akhirnya dia lolos dari hukuman, bahkan akhirnya dia menjadi orang kepercayaan Raja Arthur.

He..he..he..meskipun itu cuma fiktif, tapi sungguh menarik ceritanya.

Kapan ya kita mengalami langsung gerhana lagi, gerhana matahari total sempurna sampai suasana gelap gulita? Mudah-mudahan kita masih diberi umur untuk menyaksikan GMT berikutnya. Amin.

Menurut perhitungan NASA, tahun depan pun akan terjadi GMT. Di Indonesia kebagian?

Sepertinya tidak. Hmmm…..sayang sekali!

(CP, Jul 2009)

Catatan: Nih, ada link kalender terjadinya gerhana matahari maupun bulan dari NASA! http://eclipse.gsfc.nasa.gov/eclipse.html


No comments :

Post a Comment