Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Powered by Blogger

May 30, 2009

"NO CHOICE" bukan "NO OTHER CHOICE"

Pernah dengar orang Inggris/Amerika mengatakan ungkapan "I have no choice ..."? Coba kalau di-Indonesia-kan. Kalimatnya adalah " Saya tidak punya pilihan lain", BUKAN "Saya tidak punya pilihan". Sebaliknya, orang Inggris/Amerika pun tidak pernah mengatakan " I have no other choice". Kalimat ini pasti terasa aneh di telinga mereka.

Inilah perbedaan pengungkapan antara orang kita dengan orang Barat, yang juga mencerminkan perbedaan cara berpikir kita dengan mereka. Bagi kita, bila hanya ada satu keadaan yang kita hadapi (atau satu pilihan menurut kita), kita akan berkata "Tidak ada pilihan lain" dan bukan "Tidak ada pilihan".
Kenapa? Karena kita selalu menganggap satu keadaan (yang satu-satunya itu) adalah pilihan juga. Jadi kalau ada dua pilihan, kita anggap 2 pilihan. Kalau hanya ada 1 pilihan, kita sebut tidak ada pilihan lain (Artinya keadaan yang hanya 1 itu adalah pilihan).

Nah, lain halnya dengan orang Barat. Bagi mereka, jika hanya ada satu keadaan yang harus mereka hadapi atau mereka ambil, mereka merasa sama sekali tidak ada pilihan. Karena buat mereka, yang namanya pilihan itu HARUS LEBIH DARI SATU. Sehingga ungkapan mereka adalah "I have no choice" (secara harfiah: Saya tidak punya pilihan; tetapi secara tatabahasa Indonesia: Saya tidak punya pilihan lain). Inilah yang berbeda. Cara berpikir ini ditentukan oleh perbedaan kultur, sikap dan pandangan dari masyarakatnya.
Jadi mereka bisa memilih suatu pilihan jika ada lebih dari 1 keadaan. Jika
hanya ada 1 keadaan, ya mereka bilang tidak ada pilihan (NO CHOICE).

Dalam hidup ini memang ada keadaan yang kita tidak bisa memilihnya (no choice), ada juga yang kita bisa memilihnya. Contoh keadaan yang tidak ada pilihan lain (no choice): Kita dilahirkan oleh ibu kita. Nah, kita kantidak bisa memilih mau anaknya ibu si anu. Atau juga jenis kelamin kita pada saat kita dilahirkan, siapa yang memilih coba? Ya, nggak bisaaaalah. Kita lahir sudah ditentukan dari sononya laki-laki atau perempuan.

Contoh keadaan yang kita bisa memilih: Sekolah. Kalau kita pintar, nilai-nilai ijazah kita bagus, terus orang tua kita mampu secara ekonomi, maka kita bisa memilih banyak sekolah yang bisa kita masuki. Lain halnya kalau kita bodoh, nilai-nilai ijazah kita pas-pasan, ekonomi orang tua pas-pasan. Pilihan sekolah kita akan sedikit.
Contoh lain adalah mencari istri atau suami. Kalau kita cantik atau ganteng, kaya, pintar, berkepribadian menarik, akan mudahlah kita mendapatkan pilihan calon suami/istri sesuai dengan yang kita inginkan. Pacaran, tidak cocok, putusin saja, tinggal nyari lagi. Wong nyari lagi gampang kok! Gitu aja kok repot!

Berbahagialah orang yang hidupnya diberikan banyak pilihan. Berbuat baik dan berbuat buruk pun, kita bisa memilih. Ini kesempatan baik untuk orang yang bisa memanfaatkan searif mungkin piliha ini, untuk lebih banyak berbuat baik.
Menentukan kepala desa, kita pun akan lebih senang jika kita diberikan kesempatan untuk memilih beberapa orang calon dibandingkan kalau disodori satu orang calon saja dan kita harus menerimanya.
Makan di kantin pun akan terasa lebih enak kalau pilihan makanannya banyak, tinggal pilih yang paling sesuai selera.

Selain ditentukan oleh nasib, banyaknya pilihan itu juga ditentukan oleh diri kita sendiri. Kalau kita cantik/ganteng, pilihan mencari pasangan hidup akan banyak. Kalau kita pintar, pilihan mencari sekolah atau pekerjaan akan lebih banyak. Kalau kita sehat, pilihan makan kita akan lebih banyak. Mau makan sate kambing, makan jeroan, makan emping, atau pun makanan lain yang sering jadi pantangan orang yang punya penyakit pun tidak ada masyaaalah. Yang jelas, kalau kita punya banyak pilihan, tidak cocok, bisa pilih yang lain.

Sekarang, kalau kita diberikan banyak pilihan, pandai-pandailah menentukan
pilihan itu.. Lain halnya jika kita tidak diberikan pilihan alias pilihannya Cuma satu. Siap-siap saja untuk nrimo, dan mempertahankan pilihan itu supaya tidak lepas dari kita. Sekali lepas, kita tidak punya pilihan lagi. Terus kalau nggak punya pilihan lagi? Bingung deh! Mendingan nggak usah baca tulisan saya ini, he..he..he..

(CP, September 2007)

May 25, 2009

Pakai Tangan Kiri Tapi Bukan Kidal

Coba bagaimana orang di depan komputer.
Lebih banyak menggunakan tangan kanannya bukan? Memegang mouse, bahkan menekan enter pun pakai tangan kanan.

Kenapa mouse tidak ditaruh di sebelah kiri?
Karena dari sananya, karena tidak biasa,






May 24, 2009

QWERTY: Antara Jari Kelingking dengan Jari Telunjuk

Coba perhatikan, huruf apa yang ada di ujung telunjuk kanan anda di keyboard?
Bagi anda yang biasa mengetik dengan sepuluh (bukan sebelas) jari pasti akan mudah menjawabnya.
Benar! Huruf "J".
Iya, huruf "J" di dalam susunan keyboard internasional terletak atau diperuntukkan bagi jari telunjuk kanan.

Sekarang, seberapa sering anda menekan huruf "J" tersebut? Cukup sering?
Mungkin.

Tapi pasti tidak sesering menekan huruf "A" kan?
Ya iyalah, huruf "A" dalam bahasa Indonesia adalah huruf terbanyak yang digunakan dalam kata-kata bahasa Indonesia. (Coba lihat, dalam "kata-kata bahasa Indonesia" saja huruf "a"-nya sudah terdapat 8 huruf. Percaya kan? Kalau tidak, silakan buktikan sendiri)

Nah, sekarang perhatikan lagi. Ada di jari mana huruf "A" ini (sekali lagi pertanyaan ini lebih ditujukan kepada anda yang biasa menggunakan sepuluh jari dalam mengetik)?

Tepat! Jari kelingking kiri.
Lho, kok bisa? Huruf "A" paling sering dipakai, tetapi kenapa ditekan dengan jari kelingking kiri, sementara huruf "J" yang lebih sedikit dipakai ditekan dengan telunjuk kanan? Bukankah jari telunjuk kanan jauh lebih kuat daripada jari kelingking kiri? (Kalau kita ibaratkan, bagaikan Ade Rai dengan Doyok!)

Memang, yang ditekan telunjuk kanan kita bukan cuma huruf J, melainkan juga beberapa huruf yang lain. Sementara kelingking kita hanya bertugas menekan 2 huruf, yaitu huruf "A" dan "Q". Namun di bawah, nanti saya gambarkan secara statistik bagaimana jari kelingking kita berperan dalam pengetikan dibandingkan dengan jari-jari lain.

Saya ingat waktu masih sering menggunakan mesin ketik manual. Huruf yang paling saya benci untuk diketik adalah huruf "A" itulah. Masalahnya, tuts huruf “A” terasa paling berat untuk ditekannya. Maklumlah tenaga Doyok! Jari kelingking kiri. Tidak heran kalau hasil ketikan saya selalu memperlihatkan huruf-huruf "A"-nya tidak begitu jelas/kurang hitam. Tentu saja, karena jari kelingking kiri saya terlalu lemah untuk menekan tuts mesin ketiknya, efeknya tekanan ke pita karbonnya jadi lemah, akhirnya hasil ketikannya menjadi kurang begitu jelas.

Tapi kenapa huruf "A" itu diberikan kepada jari kelingking kiri? (Maksudnya dalam layout keyboard!)

Itu dia. Sudah salah dari sananya.

Sebab Pertama. Menurut sejarahnya, waktu mesin ketik manual pertama kali dibuat, susunan hurufnya berurutan sesuai abjad: A,B,C,D,E, dst..... Masalah yang kemudian timbul adalah huruf yang berdekatan sering ditekan hampir bersamaan, jadi mekaniknya mesin ketik sering macet (pengetuk hurufnya sering saling nyangkut), Akhirnya ada orang yang menyusun susunan huruf itu seperti yang sekarang kita pakai, dengan huruf-huruf yang sering dipakai berurutan diletakkan berjauhan.
Pertimbangan saat itu lebih pada kelancaran mekanik mesin ketik, bukan prinsip jari mana yang lebih kuat dialah yang mendapat tugas yang lebih berat. Akhirnya, jadilah si kelingking dapat tugas berat buat kita orang Indonesia. Bagaimana buat orang Inggris? Huruf yang paling sering digunakan dalam bahasa Inggris adalah huruf "S" (kalau tidak salah). Sementara huruf "S" diberikan pada jari manis tangan kiri. Artinya? Beti. Beda Tipis! Orang Indonesia dan Orang Inggris (beserta semua bangsa pengguna bahasa Inggris) sama-sama menggunakan jari yang lemah untuk menekan huruf yang paling sering digunakan.

Sebab Kedua. Pada saat susunan huruf itu dibuat (susunan yang sekarang kita pakai ini), belum dikenal metoda mengetik "blind system" atau sistem 10 jari. Kebanyakan orang saat itu masih menggunakan 11 jari alias hanya 2 jari! Susunan huruf itu dianggap bagus, karena huruf-huruf yang biasa dipakai membentuk kata-kata ditaruh berdekatan sehingga pergerakan kesebelas jari itu (maksudnya telunjuk kiri dan kanan) tidak bolak-balik terlalu jauh. Akan tetapi, tentu saja kata-kata itu adalah kata-kata bahasa Inggris!

Aduh, kenapa ya bukan orang Indonesia yang menciptakannya? Supaya susunannya disesuaikan dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia!

Coba kalau saya yang menyusun susunan keyboard itu, sudah saya buat dengan meletakkan huruf A di bawah jari telunjuk kanan. Telunjuk kanan saya kan Ade Rai, seperti yang saya sebut di atas! Prinsip saya, yang paling kuat, harus diberikan tugas yang paling berat. Sementara yang lemah, kita berikan tugas yang lebih ringan. Bukan begitu Dik Pendi?
Cuma sayangnya, sudah didahului orang. Dan orangnya adalah orang Inggris, bukan orang kita.

Dengan dasar di atas, akhirnya susunan keyboard mesin ketik itu diciptakan dan dipakai. Selanjutnya, setelah mesin ketik tersebut diproduksi masal, orang-orang menyesuaikan diri dengan susunan huruf mesin ketik itu sehingga akhirnya susunan huruf itu dianggap sebagai suatu standard, dipelajari dan terus dipakai oleh masyarakat. Hingga sekarang!

Sampai ditemukan mesin ketik elektrik, dan hingga komputer personal menjadi barang yang sangat populer dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari kita, susunan/layout huruf-huruf itu tetap dipakai. Meskipun susunan itu sebenarnya sudah tidak relevan lagi dengan sebab semula! Betul kan?

Begitulah, dari awal populernya layout keyboard QWERTY hingga sekarang ini. QWERTY? Iya. Coba perhatikan, di bagian atas kiri keyboard anda, dimulai dengan huruf Q, dilanjutkan W, terus E, berikutnya R, T, Y, dan seterusnya. Dari situlah istilah QWERTY dipakai.



Keyboard QWERTY
(sumber gambar: www.dayiwasborn.net)











Jadi kalau anda membaca atau mendengar istilah QWERTY, itu adalah susunan huruf dalam keyboard internasional.
Keyboard yang tidak adil!..Hee..he..he..

(CP, Jun 2008/Mar 2009)


Data Statistik:

-Tulisan di atas terdiri dari total 5446 karakter, termasuk spasi.

-Dalam mengetik, jari telunjuk kanan saya menekan tombol keyboard (J:58,U:295,Y:110,H:135,N:445,M:107) sebanyak total 1150 kali atau sebesar 21.1% dari keseluruhan karakter yang ada.

-Sementara jari kelingking kiri saya menekan (A:832,Q:6) sebanyak 838 kali atau 15.4 dari keseluruhan.

-Bagaimana dengan telunjuk kiri? Wah, dia lebih malas daripada jari kelingking kiri saya. Hanya 800 kali atau 14.7%! (F:44,R:227,T:230,G:128,V:1,B:116)

-Terus kalau jari tengah kanan? Ini lebih malas lagi! Hanya 696 kali atau 12.8% (K:263,I:375,”,”(koma):58)

-Jari-jari yang lain? Aduh, saya sudah malas menghitungnya! Maaf. He..he..he..

May 23, 2009

Wanita Amazon (bag. 2)

Ada 2 pertanyaan yang timbul dari posting saya sebelumnya tentang wanita Amazon.
Pertanyaan pertama adalah kenapa mereka rela membuang (maaf) buah dada kanan mereka?
Pertanyaan kedua, apa hubungannya istilah Amazon dari legenda itu dengan hutan dan sungai di Amerika Selatan?


Daerah Amazon (sumber gambar: www.touramazon.com)


Mari kita bahas kedua pertanyaan itu.
Pertama, masuk akal dong. Karena mereka harus bisa mengarahkan anak panahnya secara tepat, supaya bisa kena sasaran. Pada saat tangan kiri memegang busur panah, dan tangan kanan menarik tali busur, dalam kondisi normal tangan kanan terhalang/ terganggu (maaf) bagian tubuh tersebut, iya kan?.
(Eh, bener nggak sih para wanita? Saya sih cuma berlogika saja!).
Akhirnya, karena dianggap mengganggu, dipotonglah/dibuanglah bagian tubuh wanita berharga itu. (Tragis juga ya? Tapi kenyataannya, eh ceritanya kan memang begitu!).
Dengan tidak adanya bagian tubuh itu, jadilah wanita-wanita Amazon sebagai wanita-wanita perkasa, pemanah ulung dan juga selalu siap bertempur dengan lawan-lawannya yang laki-laki.

Sedikit keluar dari cerita, di posting saya terdahulu, ada cerita tentang Bambang Ekalaya, pemuda yang punya keahlian memanah sangat tinggi. Karena kepatuhan terhadap gurunya, pemuda itu mengorbankan jempolnya untuk dipotong. Akhirnya setelah tidak memiliki jempol tangan kanan dia menjadi tidak bisa memanah secara tepat. Kali ini, sebaliknya, wanita Amazon, rela memotong/membuang buah dada (maaf) kanan supaya bisa memiliki keahlian memanah yang tinggi.
Sejenis, tapi kontras bukan? Yang satu membuang bagian tubuh menjadi tidak mahir lagi, sementara yang satunya lagi membuang bagian tubuh yang berbeda menjadi mahir memanah.
Kedua cerita itu berasal dari 2 zaman dan 2 peradaban yang jauh berbeda. Satunya merupakan cuplikan kecil dari cerita epik Mahabaratha yang sangat terkenal itu, sementara yang lain merupakan legenda dari bangsa Yunani Kuno, bangsa yang dianggap peletak batu pondasi peradaban bangsa Eropa.

Pertanyaan kedua, kenapa istilah Amazon menjadi nama tempat di Amerika Selatan? Iya, bagaimana istilah dari legenda Yunani Kuno, bisa melekat ke daerah yang sangat jauh, di benua yang lain?
Begini jawabannya:

Pada era penjelahan "Dunia Baru" benua Amerika yang baru ditemukan, para Conquistadors/ penjelajah dari Spanyol dan Portugis berlomba-lomba mencari daerah baru, mencari daerah yang menghasilkan kekayaan, seperti emas dan permata untuk mereka kuasai. Nah, pada saat sekelompok penjelajah menyusuri sungai besar yang belum bernama, di suatu daerah mereka diserang sepasukan penduduk asli yang kesemuanya wanita. Mereka bertempur dengan para wanita itu dan menyadari bahwa
pasukan yang menyerang mereka berasal dari suatu masyarakat yang kesemuanya wanita. Masyarakat wanita yang tinggal di hutan, hidup dari berburu dan memanfaatkan hasil hutan. Dalam mempertahankan kehidupan mereka, seringkali mereka bertempur dengan pasukan laki-laki dari suku-suku lain yang masyarakatnya terdiri dari laki-laki dan wanita.

Menghadapi pasukan wanita itu, para penjelajah menjadi teringat akan legenda bangsa Yunani Kuno, yaitu tentang wanita Amazon. Akhirnya mereka menyebut masyarakat wanita itu sebagai masyarakat Amazon.
Sebenarnya itu istilah yang kurang tepat, karena masyarakat wanita di sekitar sungai itu masih memiliki buah dada (maaf lagi) yang lengkap. Namun karena Amazon sudah identik dengan masyarakat yang terdiri dari wanita saja dan tentu saja dengan keperkasaannya, istilah itulah yang dipakai.

Akhirnya setelah masyarakat wanita itu disebut Amazon, sungai besar yang mengalir di daerah itu disebut juga Amazon. Dan hutan lebat di sekitar sungai itupun disebut hutan Amazon, yang sampai kini menjadi hutan terluas di dunia. Hutan yang pernah menjadi tempat tinggal sekelompok wanita yang diidentikkan dengan wanita-wanita perkasa (warrrior woman) pada legenda Yunani Kuno.

Jadi? Kalau anda mendengar nama Amazon, ingatlah bahwa itu selain nama sungai terbesar dan hutan terluas di dunia, itu juga adalah legenda wanita-wanita dengan ciri khasnya. (Kalau gak salah, wanita Amazon ini pernah muncul di film TV Hercules!)

Satu hal menarik dari cerita ini adalah legenda adanya masyarakat wanita tanpa kehadiran pria, dan malah bisa menghadapai pria dalam pertempuran dan mengalahkannya. Apakah itu hanya imajinasi masyarakat saat itu, atau pernah menjadi kenyataan di zaman dulu ataukah juga bisa menjadi kenyataan di masa sekarang? Ataukah legenda itu muncul sebagai bentuk perlawanan para wanita terhada pria, semacam paham feminisme zaman dulu?. Aduh, saya nggak tahu deh!

Yang jelas, saya tidak pernah menganjurkan anda para wanita melawan
para laki-laki, he..he..he...
(CP, Des 2008)

May 20, 2009

Cagipogo Intra

Tulisan ini juga ada di Public Blog Kompasiana:
http://public.kompasiana.com/2009/05/18/cagipogo-intra/
Anda bisa membacanya langsung di sana.


Cagipogo intra.
Pernahkah anda mendengar kata-kata atau istilah di atas?
Pasti belum kan? Iyalah, karena istilah itu adalah istilah ciptaan saya dan teman saya Dedi Juandi, sewaktu kami di kelas 3 SMP. Sudah lama buangeeet! (Sekarang teman yang merupakan sahabat saya itu tinggal di Mesir, ditugaskan oleh perusahaan multinasional tempat kerjanya)

Istilah itu kami ciptakan dalam rangka memudahkan kami belajar dalam pelajaran biologi waktu itu, pada saat topik pelajaran menginjak ke jenis-jenis penyakit dan penyebabnya. Ooooh…jadi cagipogo intra itu berhubungan dengan jenis penyakit dan penyebabnya?
Betul sekali! Memang cagipogo intra ini adalah penyingkatan dari nama-nama penyakit yang disebabkan oleh virus, yaitu: cacar, gila anjing, polio, gondong, influenza, dan trakhom.
(Eh, tapi dulu sepertinya belum dikenal virus HIV, H5N1, H1N1, H2N1, ataupun yang terakhir R4N1, virus lapangan golf …ha..ha..ha..)

Kenapa tiba-tiba saya ingat istilah itu, yang kami ciptakan sudah lama itu?
Masalahnya, si Andra anak saya, dua minggu yang lalu terkena penyakit gondongan. Penyakit yang menyebabkan pipi dan lehernya menjadi bengkak itu, langsung mengingatkan saya akan istilah itu. Gondongan? Wah, disebabkan virus nih! Salah satu dari Cagipogo Intra !

Seberapa besar manfaat istilah itu? Ya, mungkin istilah itu sendiri tidak terlalu bermanfaat, tapi cara penyingkatan itulah yang bermanfaat, dan bisa bisa kita terapkan ke bidang-bidang yang lain. Yang jelas, daya ingat otak kita kan terbatas! Jadi untuk membantu otak kita untuk mengingat beberapa kata atau nama, kita sebaiknya membuat alat bantu berupa istilah yang mudah, simpel dan kalau bisa akrab di telinga dan pikiran kita. Terbukti, dengan adanya istilah itu, saya hingga sekarang (dan saya yakin si Dedi juga) masih ingat jenis penyakit yang disebabkan oleh virus ini, yang pernah kami pelajari waktu SMP.

Coba kalau anda ditanya, ”Planet apakah yang merupakan planet ketujuh dari susunan tatasurya kita?”
Beberapa di antara anda bisa menjawab dengan benar, karena memang anda hapal tetapi juga ada sebagian menjawabnya dengan sedikit keraguan. Banyak juga di antara anda yang tidak bisa menjawab, dengan alasan lupa karena sudah terlalu lama atau dulu pun tidak pernah menghapal urutan planet-planet itu.
Nah, dengan cara seperti tadi, saya sampai sekarang masih bisa menjawabnya dengan pasti, meskipun saya juga tidak hapal nomor urut planet-planet itu. Pernah dengar istilah
”MerVe BuMaYu SaUNe Plu”?
Bisa jadi pernah, karena istilah ini bukan ciptaan saya atau teman saya itu. Istilah ini menunjukkan nama-nama planet anggota tatasurya kita secara berurut: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan terakhir Pluto (meskipun Pluto beberapa tahun yang lalu sudah dinyatakan bukan planet lagi oleh Kongres Ahli Astronomi Sedunia, hik..hik!)
Karena saya masih ingat istilah itu, saya langsung bisa menentukan bahwa planet ketujuh adalah ”U” alias Uranus!
Ada manfaatnya kan!


Mer Ve Bu Ma Yu Sa U Ne Plu
(sumber gambar: motivate.maths.org)







Ada beberapa istilah lain yang saya ingat, dan dulu waktu di SMA sering kami berdua pakai sebagai alat bantu belajar. Ini dia!
“Heli Nakal Ruby Cs Frustrasi”
Ih, apa ini?
Agak susah sih! Sebaiknya anda melihat kembali tabel periodik unsur. Istilah ini memang diciptakan untuk memudahkan kita mengingat unsur-unsur golongan IA di tabel itu.
Apa saja memang?
He, Li, Na, K, Rb, Cs, Fr
He..he..he…lucu ya istilahnya!

Ada lagi yang cukup lucu, masih seputaran unsur. Ini ciptaan saya sendiri:
“Bemo Mogok Cari Serep Ban Radial”.
Apa lagi ini?
Masih di dalam tabel periodik, kali ini istilah itu untuk menggambarkan unsur golongan IIA: Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra.

Dengan menggunakan istilah ini, kita akan terus mengingat kata-kata atau nama-nama yang harus kita pelajari saat itu. Sampai sekarang bahkan!

Sementara itu, ada pula istilah yang cukup umum digunakan, kemungkinan besar Anda pernah tahu atau bahkan memakainya pula, “meji kuhibi niu”.
Masih ingat kan? Iya, betul. Ini istilah yang menyingkat ketujuh warna pelangi secara berurutan: Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu.

Saya yakin anda pun memiliki istilah-istilah seperti yang saya ungkap di atas, terutama pada saat anda sekolah atau kuliah dulu. Jika ujian semester tidak open book, metoda pengistilahan seperti itu akan sangat bermanfaat.

Satu lagi, tentang warna. “Meku kehi mubi!” Pasti bingung kan?
Iya, ini singkatan iseng dari merah kuning kelabu hijau muda dan biru. Warna balonku! Ha..ha..ha..

(CP, Mei 2009)