Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Powered by Blogger

May 20, 2010

Anti Bahu Jalan (di Tol)

Semalam saya menonton acara Autoblitz di MetroTV. Ada liputan beberapa komunitas penggemar otomotif yang sedang mengkampanyekan gerakan "Anti Bahu Jalan (di jalan tol)”. Juga disertai komentar positif dari seorang petinggi polisi mengenai gerakan ini. Menurut beliau, bahu jalan (jalan tol) hanya boleh digunakan dalam kondisi darurat, tidak boleh digunakan meskipun dalam kondisi macet sekalipun.
 
Di kita, memang bahu jalan menjadi lajur favorit pada saat jalan tol mengalami kepadatan. Kata supir-supir bis, jika anda di jalan tol ingin cepat sampai tujuan, ambillah bahu jalan. Pun kalau saya lihat, banyak mobil pribadi bahkan ada beberapa mobil mewah yang dengan antengnya berjalan tanpa hambatan di bahu  jalan. Satu-satunya hambatan adalah jika ada mobil berhenti darurat (mogok) di bahur jalan tersebut. Kalau ada yang seperti ini, dengan tidak malu-malu mereka langsung banting stir ke lajur kanannya meskipun harus menyelak mobil yang sudah berjalan di tempat yang benar.
Dalam hal ini, kita harus selalu mengingat kejadian di waktu silam, bagaimana sebuah bis penumpang dari PO Kramat Jati, saat terjadi kepadatan di Tol Jagorawi. Karena sudah menjadi kebiasaan, bis tersebut dari lajur paling kanan begitu melihat di sebelah kanan padat oleh kendaraan, langsung membanting stir berpindah lajur ke kiri, dan masuk ke bahu jalan. Dalam kondisi masih dalam kecepatan tinggi, bis tersebut melaju di bahu jalan, dan baru terlambat menyadari jika di depannya terdapat sebuah mobil jip yang sedang berhenti. Tabrakan pun tidak terelakkan, mengakibatkan jip terbakar, dan bisnya pun ikut terbakar. Parahnya, saat bis mulai terbakar di bagian depan, para penumpang di dalamnya tidak bisa keluar karena pintu bis bagian belakang karena pintu itu otomatis menggunakan tenaga hidrolik, yang dikendalikan dari bagian sopir, yang orangnya sudah duluan ngacir.
Akhirnya, puluhan jiwa mati sia-sia terbakar di dalam bis.
Saat itu yang lebih dipermasalahkan oleh pihak berwenang dan juga oleh masyarakat kita adalah ke-tidakada-an pintu darurat pada bis, dan juga alat untuk memecahkan kaca jendela, agar penumpang bisa keluar.
Namun permasalahan sebenarnya adalah kebiasaan sebagian sopir di kita yang selalu memanfaatkan bahu jalan. Kebiasaan itu yang berujung pada maut yang menimpa para penumpang bis tersebut.
Kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan, namun harus dihilangkan dari masyarakat kita!!!
 
Coba saya bertanya:
Bagaimanakah dengan anda? (buat pengendara kendaraan roda empat atau lebih)
a. Saya tidak pernah menggunakan bahu jalan, kecuali dalam kondisi darurat seperti mogok.
b. Sekali-sekali saya menggunakan bahu jalan pada saat kepepet (ingin cepat sampai)
c. Saya pengguna setia bahu jalan
 
mobil bintang
Mobil "berbintang" kepergok menggunakan bahu jalan (sumber gambar: flickr.com)
 
 
Salam,
CP

No comments :

Post a Comment