Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Powered by Blogger

April 25, 2013

Berkunjung ke Museum Zoologi dan Kebun Raya Bogor

Ke mana anda bersama keluarga menghabiskan liburan akhir pekan?

Sebagai satu pilihan, anda bisa mengajak anak-anak anda berjalan-jalan ke kota Bogor dan berkunjung ke Museum Zoologi di sana.
Museum Zoologi? Ya, museum tersebut berlokasi di dalam kompleks Kebun Raya Bogor dan merupakan salah satu objek yang wajib dikunjungi jika anda memasuki landmark Kota Hujan tersebut.

Sewaktu saya kecil, saya bersama keluarga pernah diajak almarhum ayah saya berkunjung ke Museum Zoologi ini. Mengesankan sekali saat itu saya rasakan saat mengunjungi museum tersebut dan saya masih ingat apa dan bagaimana objek-objek yang dipamerkan di dalamnya. Kali ini, saya mengajak anak-anak saya, Andra dan Sasha, mengunjungi tempat yang sama. Harapan saya, museum tersebut kini tetap menarik dan makin bertambah koleksinya dibanding waktu dulu, serta tentu saja jalan-jalan wisata ini akan bermanfaat bagi mereka. Selain untuk mengisi waktu libur, pengalaman dan wawasan mereka pun akan bertambah.

Untuk berkunjung ke museum, kita harus masuk melalui gerbang masuk Kebun Raya Bogor. Lokasi Kebun Raya-nya sendiri sangat mudah dicapai, tidak jauh dari lampu merah pertama begitu kita keluar tol Bogor. Masalahnya adalah pintu masuk Kebun Raya (untuk umum) tidak jelas ada di mana. Sementara petunjuk jalan yang ada di beberapa lokasi kurang menunjukkan di mana sebenarnya lokasi pintu masuk yang kita butuhkan itu (lho, memang kita butuh pintu masuk?...hehehe..).

Persoalan kurangnya petunjuk jalan itulah yang kami alami, yang akhirnya membawa kami pada kesesatan jalan…hehehe…maksudnya nyasar saat kami mencari gerbang masuk Kebun Raya.
Saat sebelum berangkat, saya sempat gugling untuk mencari rute menuju ke sana. Di hasil pencarian gugel, saya tidak menemukan rute yang menunjukkan arah menuju Kebun Raya Bogor. Tidak ada situs atau isi suatu situs yang memberikan petunjuk jelas. Bahkan situs resmi milik pemkot Bogor pun tidak memberi petunjuk (Aneh banget…!) menuju tempat penting tersebut. Petunjuk ada di beberapa situs pariwisata, hanya saja patokannya dari Stasiun KA Bogor, dan itu pun kalau kita naik angkot. Hehehe…enak yang naik angkot dong!
Pengguna angkot, dari stasiun naik angkot dengan trayek nomor 02 atau 03, dan silakan nikmati perjalanan angkot hingga angkot melintasi tepat di depan Museum Zoologi dan juga gerbang masuk Kebun Raya. Sangat simpel sekaligus tidak memberikan petunjuk bagi pengguna kendaraan yang lain.

Sebagai catatan, di gugel mep, arah menuju Kebun Raya Bogor sangatlah mudah. Kalau kita jalankan fungsi directions, gugel memberikan arah sangat simpel. Keluar tol, bertemu dengan pertigaan (perempatan sebenarnya), belok kanan sampai perempatan berikutnya lalu belok kiri. Tidak begitu jauh dari perempatan tersebut kita sudah tiba di pintu masuk Kebun Raya.
Hanya saja direction yang diberikan itu menyesatkan, karena ternyata kita tidak bisa belok kanan untuk memasuki Kebun Raya, terhalang oleh median jalan dan kita mau tidak mau harus mengikuti jalan yang ada, yang kalau kita ikuti terus malah menjauh dari tujuan. Ini yang membuat kami sempat salah arah, dan harus berputar lumayan jauh untuk kembali ke jalan yang benar (tadi jalan sesat ya?).
Jadi supaya anda tidak ikut-ikutan sesat seperti kami jika berkunjung ke sana, saya berikan rute dalam cuplikan peta gugel. Silakan anda ikuti tanda panah merah hingga tujuan akhir trapesium hijau di peta.

Putari dulu Kebun Raya, maka kita akan menemukan pintu gerbang masuk
Dari ujung jalan tol, tentunya Jalan Tol Jagorawi dan kita keluarnya di pintu tol Bogor, kita usahakan berada di lajur kanan menjelang pertigaan lampu merah. Saat lampu menyala hijau, ambil jalan ke kanan (jalan ini adalah Jalan Pajajaran, jalan utama di Kota Bogor). Sekitar 200 meter sesudahnya, kita akan bertemu dengan perempatan lampu merah, di mana di tengahnya terdapat Monumen Kujang yang perkasa namun kurang bermakna (Kujang ini bukanlah merek semen atau pun pupuk, melainkan senjata pusaka dari Kerajaan Pajajaran, yang pusatnya dulu berada di kota ini). Di perempatan ini, kita ambil jalan lurus. Jangan belok kiri! Sekali lagi, jangan belok kiri.
Begitu kita lepas dari perempatan tadi, di sebelah kiri kita sudah merupakan area Kebun Raya Bogor. Dari sini kita tinggal menyusuri pinggiran Kebun Raya itu. Ikuti terus seperti kita berjalan di dalam labirin, dengan pagar Kebun Raya di sebelah kiri kita, secara berlawanan arah jarum jam. Jangan sekali-sekali tergoda untuk mengambil arah ke kanan…:)

Nanti kita memasuki Jalan Ir. H. Juanda (mungkin kita bingung dengan nama jalannya karena belum tentu kita bisa menemukan plang namanya, yang penting ikuti Kebun Raya Bogor di sisi kiri kita) yang merupakan alamat dari Museum Zoologi Bogor, namun pintu masuk untuk kita bukan berada di jalan ini. Gedung Museum Zoologi sudah terlihat, namun lanjutkan saja hingga kita belok kiri memasuki Jalan Otto Iskandardinata, yang dicirikan dengan adanya deretan toko-toko di sisi kanan jalan. Jalan terus sekitar 50 meter, hingga kita menemukan pintu gerbang dengan tulisan KEBUN RAYA BOGOR PINTU 1. Horeee...akhirnya dapat juga pintu masuknya!.

Pintu tersebut diperuntukkan untuk kita yang menggunakan kendaraan, dan ada petugas yang mengarahkan kita untuk masuk (Catatan: Untuk pengunjung yang berjalan kaki, tersedia pintu masuk yang terpisah). Kami pun masuk dan berhenti di depang gardu tiket. Bayar dululah...
Petugas jaga menghitung jumlah kepala kami. Satu, dua, tiga, empat. “Empat!”. Dia pun menyebutkan berapa uang yang harus dibayar untuk tiket pengunjung dan tiket kendaraan masuk. Harga tiket masuk untuk pengunjung adalah Rp 14.000 per kepala dan tiket kendaraan masuk adalah Rp 30.000. Dengan tiket itu, pengunjung sudah bisa masuk ke dalam Museum Zoologi secara gratis (seingat saya dulu, tiket masuk museum bayarnya tersendiri, dan pengunjung masuk langsung dari jalan raya) dan kendaraan kita bebas berputar-putar di area Kebun Raya. Siip dah...

Jalan sekitar 50 meter dari lokasi itu, kami berjumpa dengan perempatan. Ada papan petunjuk, Museum Zoologi belok kiri. Ya sudah, kami pun belok ke kiri, dan tidak jauh dari situ sudah terlihat bentuk bangunan museum. Saya pun memarkir kendaraan tidak jauh dari gedung tersebut, di atas rumput. Lokasi parkir kendaraan tidak dibuat secara khusus dan tidak ada petugas parkir, jadi kita cukup parkir mengikuti kendaraan-kendaraan yang lebih dahulu parkir di sana. Untung tertib saat itu, tidak ada kendaraan yang parkir nyeleneh.
Masuklah kami ke dalam gedung museum. Gedung yang berarsitektur gaya Belanda, bertembok kokoh dengan pintu dan jendela yang tinggi-tinggi dan lebar-lebar, ini memang pantas menjadi museum bagi koleksi beraneka ragam fauna Indonesia. Di pintu masuk kami disambut oleh 4 kerangka hewan. Hewan apa saja ya?

Empat rangka hewan yang menyambut pengunjung di pintu masuk



















Sesuai dengan namanya, zoologi yang berarti ilmu tentang dunia hewan/satwa, museum ini memperagakan koleksi beraneka ragam fauna Indonesia, berupa tubuh asli satwa yang diawetkan maupun replikanya. Satwa yang sudah mati, diawetkan dan dijadikan model peraga, Dan di sekitar model satwa tersebut, di dalam ruang kaca seperti aquarium, dibuat suasana yang sangat mendekati kondisi lingkungan asli tempat tinggal satwa itu, lengkap dengan pepohonan, bebatuan, dan lain-lain. Seolah-olah satwa tersebut masih hidup, kita bisa melihatnya langsung di tempat tinggal aslinya. Dari situ, kita bisa mengenal bentuk rupa, perilaku, serta bagaimana kehidupan satu jenis satwa dan ekosistemnya.
Koleksi satwa-satwa dalam ruang-ruang kaca tersebut diletakkan dan dikelompokan sesuai jenisnya dalan beberapa ruangan besar. Ada ribuan jenis serangga, ratusan reptil, ikan, mamalia, unggas, dan satwa lain yang termasuk kelompok invertebrata baik yang sudah punah maupun yang masih hidup hingga sekarang.

Membaca denah Museum Zoologi



















Di setiap ruang kaca, terdapat keterangan yang menjelaskan nama satwa, dan hal-hal terkait dengan satwa tersebut. Andra dan Sasha secara antusias mengamati satwa dan lingkungan dalam ruang kacanya, dan membaca keterangan yang ada. Mudah-mudahan mereka bisa mendapatkan pengetahuan baru dan wawasan lebih luas tentang satwa-satwa itu.
Beberapa satwa baru diketahui Andra dan Sasha saat itu, karena jarang ada di dalam pustaka dan juga secara eksistensi mereka sudah punah atau hampir punah. Contohnya kucing hutan atau meong congkok. Jangankan anak-anak, saya sendiri pun belum pernah melihat langsung binatang ini, hanya sebatas mendengar namanya. Apakah anda pernah melihatnya langsung?

Ruang kaca, meong congkok, dan keterangannya



















Meskipun objek-objek di dalam ruang kaca mematung diam tak bergerak, suasana yang dibuat semirip lingkungan aslinya, menjadikan mereka menarik untuk difoto. Dijadikan latar belakang pun, boleh juga...warna-warni dan bentuknya yang kaya, akan ikut menghiasi foto diri kita...hehehe...
Di museum ini memang kita bebas berfoto, bahkan boleh pakai lampu kilat juga. Setahu saya, museum-museum punya aturan boleh berfoto namun dilarang menggunakan lampu kilat. Di sini boleh. Satu kelebihan sekaligus kekurangan.

Ada satwa yang wajahnya lucu, dan Andra maupun Sasha tahunya binatang tersebut adalah salah satu boneka yang bermain di panggung boneka, di Dunia Fantasi Ancol. Mereka baru tahu kalau jenis monyet itu bernama bekantan, dan asalnya dari Kalimantan.

Bekantan, binatang yang menjadi ikon sebuah tempat wisata di Jakarta






Andra memperhatikan beruang madu

















Koleksi binatang-binatang yang sudah atau hampir punah membuat kita prihatin, betapa serakahnya dan tidak pedulinya kita manusia yang membuat lingkungan hidup satwa-satwa itu rusak sehingga mereka seperti itu. Contohnya adalah macan dahan, macan akar, bahkan macan batu, yang sekarang kita tidak pernah melihatnya di kebun binatang ataupun di pustaka. Ada juga koleksi berupa model badak bercula satu di daerah Priangan, yang kini sudah tidak mungkin ditemukan lagi. Oh, menyedihkan...

Harimau di tengah sawah, sementara Andra di depannya tanpa merasa takut







Masih adakah suasana seperti ini sekarang?


















Terdapat beberapa peraga yang memberikan pengetahuan kepada kita, meskipun macamnya banyak, satwa tersebut memiliki beberapa persamaan. Contohnya seperti di bawah ini...

Susunan umum kerangka vertebrata



















Salah satu koleksi yang berharga adalah kerangka paus biru, mamalia terbesar masa kini, yang dipamerkan di ruang terbuka (dulu waktu saya kecil berkunjung ke sini, kerangka ini berada di ruang tertutup). Panjang kerangka ini 27 meter, memberikan gambaran kepada kita betapa hebat dan betapa besar satwa yang hidupnya di lautan ini. Betapa hebat Sang Maha Pencipta melengkapi dunia ini dengan berbagai macam fauna untuk melengkapi kehidupan manusia...Subhanallah.

Kerangka paus biru ini panjangnya 27 meter!



Paus Biru ini mati terdampar di pantai Pameungpeuk Garut pada tahun 1916























Selain menjadi tempat wisata dan rekreasi di akhir pekan bagi keluarga, Museum Zoologi ini bisa menjadi tempat kita memperkenalkan anak-anak terhadap kehidupan satwa Indonesia, sebagai tempat belajar dan menambah wawasan mereka. Di dalam gedung museum ini, mereka bisa melihat berbagai bentuk satwa, termasuk satwa yang sudah atau hampir punah. Dan itu yang membedakan Museum Zoologi ini dengan kebun binatang.
Tempat ini sangat menarik dan bermanfaat bagi mereka. untuk meningkatkan kepedulian dan kecintaan generasi muda akan kekayaan fauna nusantara, serta menunjang usaha pelestarian satwa-satwa Indonesia yang masih hidup saat ini.

Menurut sejarahnya, Museum Zoologi Bogor ini dibangun di akhir abad 19 oleh pemerintah Hindia Belanda atas gagasan dari seorang ahli botani bernama Dr. JC Koningsberger. Kini museum ini dikelola oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI. Menjadi salah satu ikon kota Bogor, museum ini melengkapi pusat-pusat penelitian ilmiah di Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan kekayaan fauna nusantara.

Sejarah perkembangan museum



















Oh, ya. Jam buka museum ini adalah pukul 07.30 – 16.00 untuk hari Senin sampai Kamis, sementara hari Jumat bukanya pukul 7.30 – 16.30. Khusus hari libur, bukanya satu jam lebih panjang, 7.30 – 17.00.

Jam buka museum



















Di samping hal-hal menarik yang ditawarkan museum tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dibenahi oleh pengelola museum. Kondisi ruangan misalnya, hawa terasa panas dan sedikit pengap siap menyambut kita saat memasuki ruang demi ruang museum, membuat pengunjung merasa kurang nyaman. Apalagi saat kami berkunjung, di luar turun hujan yang cukup deras, membuat di dalam ruangan terasa mandi sauna.
Perlu diatur lagi sistem sirkulasi udara di dalam ruangannya. Mungkin ditambah ventilasi, atau bisa pula ditambahkan fan di beberapa titik. Pasang AC sepertinya tidak mungkin...

Selain itu, tidak adanya petugas (ada tapi tidak ada) memungkinkan pengunjung bisa melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan. Bayangkan, masak di museum ada anak-anak sekolah bermain bola?
Selain mengganggu pengunjung yang lain, kegiatan ini berpotensi pula merusak koleksi museum yang sangat berharga. Mana petugas? Mana juga guru pembimbingnya?
Duh...mereka (anak-anak, guru pembimbing, sekaligus petugas museum) tidak begitu paham fungsi dan nilai sebuah museum.

Bermain bola kenapa harus di dalam museum?!



















Saat kami bermaksud meninggalkan museum, untuk melanjutkan petualangan di dalam Kebun Raya Bogor, hujan belum juga reda. Daripada memaksakan tetap naik kendaraan dan putar-putar di dalam kebon...eh Kebun Raya berhujan-hujan, lebih baik kami menunggu. Hingga hujan sedikit mereda.
Hmm...memang bukan Bogor namanya kalau tidak hujan.

Menanti hujan reda



















Setelah hujan agak reda, cabutlah kami dari gedung musem, dan memulai pusing-pusing di lingkungan Kebun Raya Bogor. Di dalam Kebun Raya ini memang disediakan jalan-jalan beraspal bagi kendaraan untuk mengakses berbagai objek yang ada. Sebagian besar objek-objek menarik bisa dicapai dan didekati dengan kendaraan melalui jalan ini, selebihnya kita harus harus jalan kaki.

Objek paling penting dan berharga untuk dikunjungi tentu saja Istana Bogor, yang megah dan bersejarah. Istana yang pernah menjadi tempat tinggal presiden pertama RI Sukarno, dan juga menjadi venue bagi KTT APEC pada tahun 1994 ini, berlokasi di pojok barat laut (agak tengah) Kebun Raya Bogor. Ada pintu pagar kokoh dan kolam yang memisahkan jalan dengan halaman istana. Pengunjung tidak bisa begitu saja memasukinya, jadi cukup di luarnya saja, penting masih bisa memandang cukup jelas bangunan istana tersebut. Berfoto-foto di depan istana...tidak dilarang. Jadilah banyak pengunjung, termasuk kami, yang menyempatkan diri turun dari kendaraan dan melihat-lihat suasana istana yang tenang tentram seperti tanpa penghuni, serta berfoto-foto di depannya. Suasana sehabis hujan membuat udara lebih sejuk dan segar, namun rerumputan dan tanah menjadi basah dan sedikit berlumpur.

Istana Presiden yang megah, saksi sejarah Indonesia yang sangat berharga

Selain Istana Presiden, kekayaan terbesar dari Kebun Raya ini adalah koleksi ribuan tanamannya. Berbagai tanaman hidup di sini, dan kita bisa mendapatkan tanaman yang jenisnya belum pernah kita lihat sebelumnya, juga ada tanaman dengan bentuk unik. Tanaman yang usianya ratusan tahun, tanaman yang ukurannya sangat besar, hingga hingga tanaman yang merupakan tumbuhan langka, seperti bunga bangkai, ada di sini. Di Kebun Raya Bogor semuanya ada....(bukan hanya Jawa Barat yang semuanya ada...hehehe...)

Hanya saja, untuk melihat tanaman-tanaman itu butuh waktu tidak sedikit. Ditambah hujan yang membatasi kami untuk berjalan-jalan di dalam hutan, kami akhirnya cukup berkunjung ke taman yang cukup terpelihara. Kebun Raya Bogor ini memiliki beberapa taman yang menarik dan indah untuk bersantai serta melepaskan rasa penat di akhir pekan. Untuk berfoto-foto pun, tempat ini memiliki segudang objek menarik. Banyak pengunjung yang berfoto di sini. Untuk syuting dan pembuatan video klip pun, lokasi ini sangat layak.
Satu keluarga yang sedang menikmati keindahan taman di Kebun Raya

Satu lagi objek yang sangat menarik adalah jembatan dengan konstruksi jembatan gantung, berwarna merah menyala, yang sering disebut orang Jembatan Merah atau Jembatan Cinta. Kenapa disebut Jembatan Cinta, saya tidak tahu. Mungkin ada hubungannya dengan cinta, seperti halnya tempat-tempat tertentu di Indonesia yang sering dihubung-hubungkan dengan satu mitos. Terlepas dari namanya,jembatan tersebut memiliki konstruksi unik dan menarik dengan warnanya. Cukup bagus untuk dijadikan objek studi bagi mahasiswa teknik sipil atau pun objek foto bagi penyuka fotografi.

Jembatan Merah



















Jembatan Merah ini berada di atas Kali Ciliwung yang membelah Kebun Raya Bogor menjadi 2 bagian. Wuihh...kali ini yang sering dituding menjadi penyebab banjir di kota Jakarta.

Seperti inilah Kali Ciliwung di Bogor, cuma terisi separuhnya



















Sayang sekali, masih banyak objek menarik dan berharga di Kebun Raya ini yang belum sempat kami kunjungi, namun waktu sudah sore. Supaya puas, butuh waktu lebih banyak. Sepertinya kami harus ke Kebun Raya Bogor ini di lain waktu. Bulan Juni adalah waktu yang bagus, mengingat saat itu bunga bangkai biasanya mekar. Insya Allah...

Selain Museum Zoologi, Kebun Raya Bogor ini juga menjadi tempat wisata sekaligus tempat edutainment yang amat layak dikunjungi kita bersama keluarga.

Anda berminat?

Salam,
CP

4 comments :

  1. Replies
    1. Iya nih, Pak. Ada error kayaknya.
      Saya pakai Live Writer.

      Sekarang sudah saya perbaiki.
      Terima kasih infonya...

      Delete
  2. Pak Ceppi... Nemu jg tulisan Bapak disini... :)
    Cukup membantu.. Thanks ya, Pak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. @TIWIMAJU:
      Iya, memang nyimpen tulisan selalu di sini.

      Sama-sama...semoga selalu maju.

      Delete