Anda semua pasti mengenal yang disebut jamu. Ya, jamu yang terbuat dari bahan-bahan tradisional di lingkungan sekitar kita, seperti beras kencur, kunyit, temulawak, jahe, dan rempah-rempah lainnya, merupakan warisan leluhur nenek moyang kita, yang harus dijaga dan dilestarikan.
Khasiat jamu bukan saja untuk menjaga kesehatan, namun bisa sebagai penjaga kebugaran tubuh kita serta untuk kaum wanita, berguna pula untuk menjaga dan menambah kecantikan.
Anda suka minum jamu?
Kalau suka, bagaimana anda meminum jamu tersebut? Meramu dan meracik sendiri? Menyeduh dari jamu kemasan yang banyak dijual di supermarket-supermarket? Atau anda datang ke salah satu tenda penjual jamu dan memesannya?
Atau anda membelinya dari tukang jamu keliling alias tukang jamu gendong?
Ya...tukang jamu gendong merupakan ujung tombak para pengusaha jamu dalam menjajakan produk kesehatan tradisional ini langsung ke masyarakat, langsung ke depan kita, ke dalam halaman rumah kita.
Tukang jamu gendong yang pada umumnya ibu-ibu, ada juga sebagian yang masih gadis, terlihat begitu kuat dan perkasanya menjalankan keseharian tugasnya. Dari satu kampung ke kampung lain, mereka berjalan kaki menapaki jalan menyusuri satu per satu rumah-rumah, menjajakan dagangannya sambil menggendong bakul berisi botol-botol jamu dan menenteng ember kecil berisi air untuk mencuci gelas. Tanpa lelah dan tanpa mengenal waktu, mereka baru pulang setelah dagangan mereka habis.
Menjadi tukang jamu memang bukan pilihan, tetapi menjaga keberlangsungan hidup mereka dan keluarganya merupakan keharusan yang tidak bisa dibantah. Dan, tetap menekuni profesi sebagai tukang jamu gendong adalah pilihan tepat bagi kehidupan mereka.
Memang berat ketika memutuskan menjadi tukang jamu gendong, mereka harus bertahan dan eksis walaupun harus bergelut dengan berbagai tekanan ekonomi yang semakin berat ini.
Mereka harus tetap eksis walaupun suasana masyarakat sudah berubah, di mana teknologi dan gaya hidup modern telah menciptakan obat-obatan dan makanan minuman suplemen kesehatan yang lebih menawarkan kepraktisan dan prestise.
Mereka juga harus tetap eksis meskipun ada isu menerjang, yang mengatakan bahwa jamu yang mereka jual mengandung bahan-bahan kimia dari obat-obatan modern. Ahh...itu tingkah laku oknum...yang di masyarakat kita memang selalu ada orang mencari keuntungan di tengah ketidaktahuan orang!
Satu hal, mereka tidak boleh ciut hati dan surut langkah yang harus diayunkan. Kerja harus tetap berlanjut dengan menunjukkan kualitas produk yang mereka jajakan dan servis senyuman manis kepada pelanggan.
Ada yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat sekarang yang butuh lebih cepat, praktis dan tidak ingin serba ribet. Juga area pasar yang semakin luas dengan tingkat persaingan yang lebih tinggi.
Kecepatan dan mobilitaslah kuncinya. Berjalan kaki mungkin dianggap kurang bisa menjangkau daerah pemasaran yang lebih luas dan kelompok masyarakat yang beragam. Untuk itu, sebagian dari tukang jamu gendong ini, bertransformasi menjadi tukang jamu beralat transportasi. Sepeda menjadi pilihan alat mobilitas yang dibutuhkan mereka dalam membantu mereka menjaga eksistensi mereka di tengah-tengah persaingan kehidupan modern. Ekonomis, sehat dan ramah lingkungan! Ya, sepeda...! Satu semangat dengan produk yang mereka buat dan mereka jual.
Yaa...sepedalah alat bantu mereka. Jadilah sepeda buat mereka alat kerja yang amat vital.
Bukan B2W, melainkan B4W!
Bike for work...bahkan juga mungkin ...Bike for Life! Sepeda dan jamu itu menjadi jalan hidup mereka.
Salam,
--
Ceppi Prihadi
http://ceppi-prihadi.blogspot.com
November 9, 2010
Tukang Jamu Gendong...B4W!
Labels:
B4W
,
bike for life
,
bike for work
,
gendong
,
jamu
,
jamu sepeda
,
kecantikan
,
kencur
,
kesehatan
,
meracik
,
meramu
,
temulawak
,
tradisional
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment