Jika mendengar kata Tegal, pasti kita langsung teringat dengan warteg alias warung tegal, warung makan yang menyediakan nasi dan lauk-pauknya dengah harga yang terjangkau, terjangkaunya tentu oleh rakyat jelata seperti kita (kiita? saya kali...). Juga kita teringat dengan teman-teman kita yang berasal dari Tegal dengan bahasa dan logatnya yang khas...adakah orang Tegal yang baca posting-an saya ini?
Apakah makanan khas Tegal adalah makanan yang disajikan di warteg-warteg itu?
Jelas bukan. Yang saya tahu, beberapa makanan khas Tegal: nasi bogana, nasi lengko, nasi langgi, sate kambing muda, soto tauco, kupat glabed, dan masih banyak lagi.
Camilannya pun ada, seperti tahu aci dan tahu pletok.
Makanan yang pernah saya cicipi adalah nasi bogana.
Nasi (bisa juga nasi kuning) dengan berbagai macam lauk, seperti telur pindang, ayam suwir opor kuning, dendeng sapi giling, sambel goreng ampela hati, tempe orek, tumis kacang panjang, dan sambal cabai merah ini cukup mantab rasanya. Enak dan gurih. Dengan alas daun pisang nan alami, rasa nasi plus berbagai lauknya ini cukup membuat lidah kita termanjakan.
Saya mencobanya di kafetaria/minimarket SPBU Muri Tegal, dengan cukup menukar uang Rp 13.000 untuk sebungkus nasi bogana. Saat itu tengah malam, dalam perjalanan kembali dari Semarang menuju Cikarang, di waktu perut sedang lapar-laparnya.
Kalau kurang, kita bisa ambil 2 bungkus, atau mengambil separo punya istri. Biasanya istri saya makan cuma separonya saja, dan separonya kalau nggak diambil anak saya, ya diambil saya...wkwkwk...
Saya tidak tahu, di mana tempat asli di Tegal yang menyediakan nasi jenis ini. Tentunya akan lebih enak makan di tempat pembuat aslinya...
Kurang lebih seminggu yang lalu, saat sekeluarga berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan, saya menemukan sebuah gerai pujasera yang menyediakan nasi bogana. Teringat akan pengalaman tengah malam itu, saya pun memesannya.
Setelah menunggu beberapa saat, pesanan saya itu pun datanglah ke meja. Tentu pesanan istri dan anak-anak pun yang sesuai dengan keinginan masing-masing datang juga.
Nasi Bogana di Mal
Slurrp…nyam…nyam…
Ternyata seperti ini nasi bogana di mal. Rupanya cukup menari juga. Mudah-mudahan maknyos rasanya.
Dan saya pun langsung menyantapnya. Dan tidak membutuhkan waktu lama, nasi dan lauk-pauknya itu sudah tandas, masuk ke dalam perut saya.
Bagaimana rasanya?
Yakh…lumayan sih. Tapi…tidak terlalu maknyos. Tidak seperti waktu itu di Tegal.
Bisa jadi yang memasak dan yang meraciknya kurang sip, bukan orang Tegal asli. Bisa jadi juga karena tempatnya di mal, dan di Bekasi bukan di Tegal. Beda air dan udara beda rasa...(eh, apa mungkin ya?)
Selain itu, bisa jadi juga karena rasa laparnya beda. Kemarin itu saya tidak begitu lapar...jadi mempengaruhi perasa lidah dalam menikmati rasa makanan.
Berarti saya harus mencobanya kembali di tempat asalnya, Tegal.
Anda pernah mencoba nasi bogana?
Salam kuliner,
CP
January 7, 2014
Nasi Bogana…makanan khas mana tuh?
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment