Penemuan minyak bumi oleh manusia, yang secara modern industri eksplorasi maupun eksplorasinya mulai muncul di pertengahan abad 19, merupakan anugerah dan juga bencana bagi manusia.
Begitu manusia bisa memanfaatkan minyak bumi ini sebagai bahan bakar, dan kini menjadi bahan bakar utama, kehidupan manusia berubah drastis. Industri yang menunjang kehidupan manusia berkembang pesat, dan teknologi transportasi telah memudahkan kehidupan manusia untuk berpindah tempat. Mesin-mesin yang digunakan industri dan alat-alat transportasi, seperti berlomba-lomba memanfaatkan bahan bakar fosil ini. Energi listrik yang di zaman modern ini menjadi kebutuhan pokok manusia, banyak yang dihasilkan pembangkit berbahan bakar minyak bumi ini.
Teknologi material pun berkembang. Material polikarbon atau yang biasa kita sebut plastik, dihasilkan dari pengolahan minyak bumi ini. Punya kelebihan mudah dibentuk, tahan terhadap lingkungan, ringan dan murah, plastik banyak menggantikan material lain yang sebelumnya didominasi logam dan material lainnya yang berasal langsung dari alam (misalnya tembikar yang berasal dari tanah liat, atau kayu yang berasal dari pepohonan). Barang-barang makin mudah dibuat dengan adanya plastik ini.
Namun pemanfaatan bahan bakar minyak bumi yang cenderung berlebihan ini tengah menghancurkan bumi tempat tinggal kita satu-satunya. Hasil pembakaran minyak bumi menyebabkan polusi udara, yang membahayakan kesehatan manusia, dan secara akumulatif gas-gas hasil pembakaran ini berkumpul di angkasa membentuk lapisan rumah kaca (green house effect), yang menyebabkan suhu bumi dari tahun ke tahun meningkat (global warming) yang berpotensi melumerkan lapisan salju yang selama ini abadi tersimpan di kedua kutub bumi.
Sementara produk-produk manusia yang menggunakan material plastik, yang saking tahannya terhadap lingkungan, tidak mengalamai degradasi oleh alam dan sama sekali tidak disukai oleh mikroorganisma pengurai/mikroba, tidak akan hancur selama berabad-abad, dan akhirnya memenuhi permukaan bumi ini. Permukaan tanah di bumi kita telah dipenuhi oleh sampah plastik, sementara sampah-sampah lainnya terutama yang berbahan organik sudah membusuk dan hancur. Sampah plastik pun telah mengotori air di sekitar kita. Di sungai-sugai banyak bertebaran sampah plastik, kotor dan menyumbat aliran air dan berpotensi memperbesar kemungkinan terjadinya banjir. Di laut pun, sampah plastik sudah sedemikan banyaknya, sehingga sebagian permukaan dan dalam samudera telah dipenuhi oleh sampah plastik. Benar-benar plastik ini membahayakan kehidupan alam lingkungan kita, dan juga makhluk hidup yang berada di sekitarnya!
Mungkin anda pernah mendengar bahwa ada tempat sampah plastik terbesar di dunia. Tempah sampah plastik? Terbesar di dunia?
Benar! Sampah-sampah dari barang-barang yang sebelumnya digunakan manusia, ada yang digunakan bertahun-tahun, beberapa lama, dan banyak juga yang hanya digunakan sesaat/sekali pakai (contohnya gelas plastik, botol plastik, piring plastik yang hanya sekali pakai) yang dibuang manusia, termasuk manusia Indonesia, hanyut terbawa air (sebagian masyarakat kita terbiasa membuang sampah di kali/sungai) dan akhirnya ke laut.
Dan di laut, dengan adanya arus laut dan arus samudera, sampah-sampah itu pergi melanglang samudera ke mana arus membawa mereka. Rupanya ada sebuah daerah di mana sampah-sampah itu hanya berputar-putar di tempat, dan berakumulasi sehingga membentuk tempat sampah plastik terbesar di dunia. Bagaikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bagi sampah plastik dari seluruh dunia.
Kawasan TPA plastik itu berada di tengah Samudera Pasifik. Benar-benar menakjubkan sekaligus mengerikan!
Kawasan Timbunan Sampah di Tengah Samudera Pasifik
Inilah timbunan sampah di tengah samudera itu!
Peta arah arus laut di Samudera Pasifik, yang menyebabkan sampah plastik berkumpul
Ekosistem laut dibuat rusak. Biota yang hidup di ekosistem ini mengalami gangguan, dengan berkurangnya space area kehidupan mereka, dan juga secara langsung telah menyebabkan matinya sebagian populasi kehidupan permukaan maupun bawah laut, akibat keberadaan sampah plastik ini.
Di bawah adalah contoh-contoh fauna yang tidak berdosa ini, yang telah menjadi korban sampah plastik di laut.
Kalau sudah begini, masih tegakah anda membuang sampah sembarangan?
Bagaimana dengan membuang sampah plastik? Itu masih menjadi pertanyaan bagi kita. Karena selama ini, kita hanya tahu, membuang sampah di tempah sampah. Titik. Habis perkara. Padahal di balik itu, masih banyak konsekuensi yang harus ditempuh dengan dibuangnya sampah plastik itu.
Marilah kita berbuat lebih baik untuk alam lingkungan kita! (CP, Des 2010)
Salam,
Catatan:
Maksud hati hanya menulis tentang kantong plastik dari sebuah hypermarket sewaktu pulang belanja di sana, eh…ternyata akhirnya malah ngelantur ke minyak bumi dan timbunan sampah plastik terbesar di dunia. Tapi, nggak apa-apalah!…
Gambar-gambar saya ambil dari http://koleksigambarunik.blogspot.com, sementara tulisan ini murni apa yang mengalir dari pikiran saya.
Makasih pak Ceppi.
ReplyDeleteTulisan yang sangat bagus. Kita memang sering dibuat tidak berdaya dengan sistim pembuangan sampah yang belum terkelola dengan baik.
Ini masih ditambah dengan budaya buang sampah yang masih benar-benar memprihatinkan.
Rasanya pedih di hati, penuh rasa jengkel, kalau lihat orang-orang dengan senyum lega membuang sampah dengan cara membuang ke sungai.
Jadi inget film Dora emon tentang sampah. Jiwanya mirip dengan tulisan pak Ceppi.
Salam sehati