Coba perhatikan jari-jari tangan anda! Jari manakah dari kelima jari itu yang istimewa?
Telunjuk? Karena sering dipakai menunjuk?
Jari tengah? Karena paling panjang? Dan kita biasa pakai cincin di jari ini? (tapi jangan diacungkan sendirian lho, jelek efeknya!)
Atau Jari manis? Karena kita biasa menggunakan cincin berharga (termasuk cincin kawin) kita di jari ini?
Atau kelingking? Karena punya tugas yang mulia? (Bersih-bersih! )
Atau jempol? Karena dia merupakan ibu jari dan paling gemuk?
Sudah, langsung saja saya sebut: JEMPOL.
Lho, kenapa jempol? Apa istimewanya jempol dibandingkan dengan jari-jari yang lain?
Banyak, di antaranya adalah fungsinya:
-Buat mempersilakan. Coba bayangkan kalau waktu mempersilakan jempol kita nggak ditunjukin alias pakai kepalan tangan. Ngajak berantem kan? He..he..he.. .
-Buat menunjuk. Coba menunjuk pakai kelingking, pasti disangka mau "pacantel" kan alias berdamai ala anak kecil? (pacantel: bahasa Sunda)
Catatan: Jempol identik dengan kesopanan di budaya Jawa dan Sunda, itu yang saya ketahui. Nggak tahu kalau di budaya yang lain.
-Menyatakan bagus. Kalau bagus banget, pake 2 jempol!
-Menyatakan enak. Makin tegak jempolnya, berarti makin enaaaaks!
-Terus dipakai juga sebagai identitas, makanya ada istilah cap jempol.
-Kalau kata salah seorang teman saya, buat sms-an di hape. Betul sekali!
Memang bisa pakai jari lain. Tapi kurang mantep kan?
Dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan.
Dilihat dari ilmu anatomi, jempol memiliki perbedaan dengan jari-jari yang lain. Dari jumlah ruas tulang, dia cuma punya 2 ruas sementara jari yang lain 3 ruas.
Dari arah gerakan jari, jempol berbeda sendiri dengan jari-jari lain. Karena arah gerakan jempol yang berbeda inilah tangan kita bisa menggunakan gunting. Coba bayangkan kalau kita menggunakan gunting dengan jari telunjuk dan tengah. Susah pasti!
Di cerita pewayangan pun, ada sebuah kisah yang menyinggung peranan jempol. Kisah seorang pemuda yang mempunyai keahlian memanah sangat tinggi, namun sayang dia harus kehilangan jempol tangannya.
Dia adalah Bambang Ekalaya, seorang pemuda dari kalangan rakyat jelata yang punya tekad sangat tinggi untuk memiliki kemampuan memanah seperti Arjuna. Ketika memohon kepada Pendita Drona, agar dia bisa diterima menjadi murid, sang Pendita menolaknya karena pemuda itu hanyalah rakyat biasa.
Dengan penuh kekecewaan, si Bambang ini akhirnya belajar sendiri di hutan dan sebagai rasa hormatnya terhadap orang yang telah menolaknya menjadikannya sebagai murid, dia memahat patung berbentuk Pendita Drona. Jadilah patung itu sebagai gurunya.
Suatu saat, ketika Arjuna berburu di hutan, dia mendapatkan seorang pemuda lain yang punya keahlian memanah semahir dirinya. Arjuna menanyakan kepada si Bambang siapa gurunya, dan Bambang menjawab Pendita Drona adalah gurunya.
Dengan rasa kesal, Arjuna pulang ke istana dan langsung menemui Pendita Drona untuk menanyakan apakah sang Pendita memiliki murid lain yang bernama Bambang Ekalaya. Sambil terheran seketika itu juga Pendita Drona langsung pergi ke hutan bersama Arjuna untuk menemui pemuda yang katanya sangat mahir memanah, bahkan tidak kalah dari
muridnya Arjuna. Di hutan tempat tinggal si Bambang, Pendita Drona menemui pemuda itu yang belakangan diketahui berguru kepada sebuah patung berwujud dirinya.
Dengan rasa heran, kesal serta arogannya karena tidak bisa menerima adanya murid gelap, apalagi pemuda itu hanyalah rakyat biasa, yang dianggap mencuri ilmu (meskipun sebenarnya si Bambang Ekalaya itu belajar sendiri), Pendita Drona memerintahkan si Bambang ini untuk memotong jempol tangan kanannya sebagai bukti kesetiaan si pemuda sebagai muridnya.
Karena si Bambang ini murid yang setia, dan sangat menghormati gurunya meskipun sudah diperlakukan tidak selayaknya, si Bambang pun tanpa keraguan memotong jempol tangan kanannya dengan sebilah pisau.
Sreeeet!.... hilanglah jempol tangan kanan Bambang Ekalaya.
Aduh, tragis amat ya nasib si Bambang! Tapi ya begitulah cerita wayang. Cerita yang merupakan cerminan kehidupan, di mana manusia ada yang baik, ada yang kurang baik, dan ada juga yang jahat.
Akhirnya bisa ditebak, kemampuan memanah si Bambang berkurang drastis. Dengan ketidakadaan jempolnya, si Bambang tidak pernah bisa lagi memanah dengan tepat.
Jempol, jari yang istimewa
Jadi, masih meragukan istimewanya jempol?
Eh, Jempolnya jempol tangan ya! Bukan jempol kaki. Kalau jempol kaki kan identik
dengan bau kaki, dan juga penyakit kuku jempol (jempol kaki bengkak gara-gara kuku), yang sering melanda banyak di antara kita, umumnya laki-laki. Termasuk saya sendiri, ha..ha..ha..
(CP, Okt 2008)
April 1, 2009
Manakah Jari Kita Yang Istimewa?
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment