(Sumber gambar: free-images.co.uk)
Judul tulisan ini tidak ada hubungannya dengan jalan bebas hambatan atau pun dengan slogan kampanye ”Lebih Cepat Lebih Baik” punya pasangan capres-cawapres JK-Win, meskipun secara semangat sejalan. Jalan cepat di sini dimaksudkan bagi kecepatan kita melangkahkan kedua kaki dalam berjalan sehari-hari, baik di perjalanan, di lingkungan tempat kerja, di lingkungan sekolah/kampus, di lingkungan tempat tinggal atau di mana pun kita berada.
Seberapa cepat jalan kaki anda? Coba bandingkan dengan orang lain pada saat anda berjalan kaki di keramaian! Apakah anda termasuk pejalan kaki cepat? Ataukah kecepatan jalan kaki anda termasuk yang biasa-biasa saja? Atau anda tipe pejalan kaki santai mungkin? Dengan prinsip, kalau bisa santai kenapa harus cepat-cepat?
Saya pernah, di dalam sebuah perusahaan PMA di daerah Cikarang Bekasi, melihat rambu (bukan rambu lalu lintas, karena letaknya bukan di jalan raya) unik yang terpampang di beberapa titik di koridor gedung perusahaan, bergambar kura-kura dicoret.
Gambar kura-kura dicoret? Tentu saja itu artinya bukan kura-kura dilarang melewati koridor itu atau masuk ke lingkungan kerja perusahaan tersebut (memangnya ada? ..he..he..he..). Rambu itu berarti ”dilarang berjalan lambat di sepanjang koridor”. (Waduh, berjalan saja tidak boleh lambat!) Memang benar, rambu itu dipasang karena perusahaan bermaksud memotivasi dan mengarahkan karyawannya untuk selalu memelihara sikap termasuk dalam berjalan di dalam lingkungan perusahaan. Berjalan lambat cerminan dari kemalasan, selain juga menghambat perjalanan orang lain yang menggunakan koridor yang tidak begitu lebar itu.
Di tempat kerja saya sebelum yang sekarang pun, yang juga sebuah perusahaan manufaktur PMA, jalan cepat ini dijadikan indikator semangat kerja karyawan. Karyawan, selama berada di lingkungan tempat kerja, diinstruksikan dalam berjalan selalu berjalan cepat. Bahkan direktur saya saat itu, seorang ekspatriat, selalu menegur jika memergoki ada karyawan yang terlihat berjalan lambat. Menurutnya, berjalan harus cepat! Jalan tidak bisa cepat, lebih baik tidak usah bekerja. Jika tidak punya semangat kerja, sana keluar saja! Begitu kira-kira ekstrimnya pemikiran beliau. Cepat…cepat! Jangan lambat!
Mungkin bagi sebagian dari kita, pemikiran ini terlalu berlebihan. Namun kita bisa mengambil pelajaran dari prinsip direktur saya itu, bahwa berjalan cepat menggambarkan semangat yang tinggi dalam bekerja. Berjalan cepat adalah sebuah awal dari produktivitas! Berjalan cepat juga menghemat waktu, sebagai bagian dari efisiensi dalam bekerja.
Saya memahami prinsip yang dipegang oleh beliau, sebagai manusia yang berasal dari negara maju, yang etos kerja warganya sangat tinggi. Di negaranya berjalan cepat sudah menjadi kebiasaan orang-orang. Pengalaman saya pun sewaktu sempat berkunjung ke sana, memang bisa membuktikan bahwa prinsip itu sangat diterapkan. Di sana pada pagi hari, semua orang berangkat ke tempat aktivitas masing-masing dengan bergegas, bahkan banyak yang terlihat tergopoh-gopoh. Tidak ada satu pun orang yang berjalan santai. Kita pun orang Indonesia yang biasa berjalan ala orang Indonesia, mau tidak mau terpacu untuk mengiringi derap langkah mereka. Dari stasiun kereta api ke arah kantor saya atau pun sebaliknya, melalui lorong-lorong gedung, semua bergerak cepat. Bergerak lambat, pasti menghambat. Bagaikan berkejar-kejaran!
Di eskalator pun, berlaku aturan tidak tertulis, bahwa orang yang diam di sebelah kiri, sementara sebelah kanannya dikosongkan untuk orang yang tetap berjalan. Di sana memang dengan menggunakan tangga berjalan pun, banyak orang yang masih ingin berjalan. Supaya lebih cepat naik atau turunnya! Hampir tidak ada orang yang berdiri santai, tanpa merasa bersalah, di tengah-tengah (terlebih dengan kedua tangan berpegangan di kiri-kanan pegangan tangga) apalagi di sebelah kanan. Juga tidak ada yang berdiri berdampingan berdua kiri kanan, yang menutup jalan bagi orang yang di belakangnya untuk lewat. Itu kondisi di eskalator, yang sebenarnya kalau kita diam tidak berjalan juga pasti sampai ke atas atau pun ke bawah!
Sementara di masyarakat kita, terasa sangat kontras. Di kota-kota besar seperti misalnya Jakarta, memang tempo irama kehidupannya lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota kecil atau pun daerah pedesaan. Banyak orang mengejar dan dikejar waktu. Tapi kalau kita perhatikan secara seksama, masih lebih banyak orang yang terlihat tidak bersemangat dalam menjalankan aktivitasnya. Dilihat dari kecepatan jalan kaki orang-orang kita di jalan, kita bisa menilai seberapa besar etos kerja orang Indonesia. Kita bisa melihat masih banyak yang berjalan perlahan-lahan dengan santainya, dengan langkah gontai, apalagi sambil bercakap-cakap atau berleha-leha, lambat seperti sedang mengukur jalan. (Bagaikan kura-kura! Seperti digambarkan pada rambu di perusahaan tadi, ..he..he..he..)
Jalan dengan santai, sambil banyak mengobrol, sangat klop dengan budaya jam karet kita.
Apakah indikator jalan cepat yang menunjukkan semangat kerja ini bisa diterapkan di negara kita? Seharusnya sih bisa. Tidak perlulah jalan secepat orang-orang di negara maju sana, namun biasakanlah berjalan cepat menurut ukuran masyarakat kita dan jangan sekali-sekali membiarkan diri kita bermalas-malasan berjalan seperti tidak ada motivasi. Mau negara kita maju, tanamkan dalam diri kita masing-masing semangat dan motivasi! Semangat dan motivasi tinggi, berjalan kaki pun cepat, lalu efisiensi dan produktivitas pun akan diperoleh. Bangsa Indonesia tidak boleh kalah dengan bangsa lain!
Jika anda berjalan kaki sering disalip orang lain, sudah waktunya ada mempercepat langkah-langkah kaki anda. Kalau ada keterbatasan, apakah anda sedang sakit, sedang hamil, atau bagi anda yang lansia, itu bisa dimaklumi. Tapi jika anda masih muda, masih segar bugar, tidak ada alasan untuk tidak berjalan kaki cepat. Jangan mau cepat cuma kalau anda sedang mengendarai mobil atau sepeda motor saja. Itu ugal-ugalan namanya!
Ayo, semangat! Mulailah dengan mempercepat jalan kaki anda.
Atau anda mau seperti kura-kura?
(CP, Jun 2009)
June 19, 2009
Jalan Cepat Lebih Baik
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment