Sungguh penasaran saat membaca berita bahwa hari ini, tanggal 22 Juli 2009 sedang terjadi gerhana matahari total (GMT), yang kabarnya terlama di abad 21 ini. Mana, kok nggak terasa gerhananya?
Peristiwa alam yang sungguh menakjubkan ini rupanya hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang berada di belahan bumi utara, dalam garis lintasan area gerhana yang dimulai dari India, bergerak melintasi Nepal, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, dan China sebelum berakhir di Samudra Pasifik. Katanya, GMT secara sempurna (keadaan gelap gulita) bisa dilihat di kota Shanghai, lebih dari 6 menit! Aduh, senang sekali mereka ya penduduk Shanghai, bisa benar-benar merasakan peristiwa alam yang sering tapi jarang terjadi ini.
Lintasan GMT 22 Juli 2009 (Sumber gambar: wikipedia.org)
Sementara di Indonesia?
Yang tinggal di sekitaran Jabodetabek dan pulau Jawa pada umumnya, ya wassalam! Sayang sekali, belum diberikan kesempatan untuk menikmati tanda kebesaran Allah tersebut! Belum saatnya kita menjadi saksi terjadinya GMT yang cukup lama ini. Hanya masyarakat yang berada di Indonesia bagian utara yang bisa melihat gerhana itu, dan itupun hanya gerhana sebagian. Tuh, orang Banda Aceh, anda bisa melihatnya! Juga anda yang tinggal di Kalimantan bagian Utara, Sulawesi bagian Utara, Maluku Utara dan sekitarnya. Gerhana sebagian, tidak apa-apalah, yang penting masih kebagian. Tinggal anda berharap kondisi langit cerah, supaya bisa melihat dengan jelas matahari yang tertutup bulan yang melintas tersebut. Eitt…jangan lupa pakai alat bantu yang benar-benar aman untuk melihatnya!
Gerhana matahari adalah fenomena alam yang sering terjadi, namun kejadian GMT yang cukup lama waktunya (di atas 5 menit, di satu tempat), memang sangat jarang. Seringkali waktunya hanya singkat, atau yang lebih sering terjadi adalah tempat kita berada tidak dilalui oleh bayang-bayang (bukan bayangan lho!) bulan yang jatuh ke permukaan bumi itu. Seperti di bulan Januari lalu juga terjadi gerhana, bukan GMT melainkan berupa gerhana matahari cincin, kita yang berada di sekitar Jabodetabek umumnya tidak kebagian untuk melihatnya, karena cuaca kurang mendukung. Iri rasanya mendengar warga Lampung bisa menyaksikan keindahan cincin matahari akibat gerhana itu.
Apalagi gerhana matahari sekarang. Tambah jauh lokasi kejadiannya! Paling kita bisa menyaksikannya lewat televisi, mudah-mudahan ada stasiun TV yang menyiarkannya.
Sewaktu kecil, yang saya ingat persis, saya pernah dua kali mengalami peristiwa gerhana matahari. Kedua-duanya terjadi pada saat saya masih tinggal di kota kelahiran, Bandung. Dan seingat saya, kedua-duanya tidak sampai menimbulkan suasana gelap bagaikan malam, yang artinya gerhana yang dialami hanya gerhana sebagian.
Sewaktu pengalaman pertama, saya melihat di beberapa tempat sekitar rumah saya, ada orang-orang yang memukul lesung pada saat kejadian gerhana. Tung..tung..tung! Katanya, itu untuk mengusir raksasa yang hendak memakan matahari tersebut. Mitos itu masih melekat pada sebagian masyarakat saat itu (di era tahun 70an), bahwa matahari yang tertutupi benda hitam adalah sedang dimakan raksasa (Waduh!).
Maklumlah, saat itu orang yang memiliki televisi belum begitu banyak, surat kabar pun masih sedikit orang yang berlangganan. Pengetahuan modern belum menyentuh mereka, ditambah lagi adalah mereka menjalan tradisi, yang belum tentu mereka tahu untuk apa mereka melakukan hal itu.
Yang kedua adalah di tahun 1983, GMT yang juga cukup lama, sekitar 5 menit. Keadaan saat itu cukup gelap, meskipun tidak segelap di malam hari. Bagaikan seorang peneliti (he..he..he..biarpun masih anak-anak), ada dua hal yang saya lakukan saat itu, terinspirasi dari bacaan di surat kabar dan majalah. Pertama adalah mengamati tanaman putri malu, dan kebetulan di sekitar rumah masih banyak tanah kosong, banyak ditumbuhi oleh tanaman putri malu. Seperti kita ketahui, selain tersentuh atau tergerakkan, tanaman tersebut juga akan menunduk di malam hari. Nah, apakah pada saat kegelapan gerhana tanaman tersebut juga tertunduk malu? Ternyata yang saya lihat memang si putri sedikit malu, sedikit menguncupkan daun dan menundukkan tulang-tulang daunnya. Sepertinya perlu keadaan gelap yang agak lama untuk membuat si putri benar-benar malu…he..he..he..
Tumbuhan Putri Malu (Mimosa pudica, sumber gambar: id.wikipedia.org)
Satu lagi yang saya lakukan saat itu adalah mengamati ayam-ayam yang sedang berkeliaran, yang kebetulan juga ada tetangga yang memelihara. Ayam-ayam yang sehari-harinya dilepas itu biasanya jika senja tiba, suasana sudah sedikit gelap, mereka akan pulang sendiri ke kandangnya. Nah, apakah pada saat gerhana juga mereka pulang? Pengamatan saya, ternyata mereka terlihat kebingungan, antara mau kembali ke kandang dan tetap bermain (he..he..he..kayak anak-anak saja!) serta berkeliaran mencari makan. Barangkali jam tubuh mereka bilang, belum saatnya mereka masuk kandang. Tapi langit kok sudah terlihat gelap ya?
Benar-benar menarik, dan sebenarnya banyak yang bisa kita pelajari dan kita amati di sekitar kita, selain mengamati langsung kejadian di langit (Sekali lagi, melihat kejadian di langit tidak boleh dengan mata telanjang. Harus memakai alat bantu yang benar-benar aman, karena katanya alat bikinan sendiri juga umumnya masih beresiko).
Gerhana ini juga mengingatkan saya, dulu pernah membaca buku cerita, karangan Mark Twain kalau tidak salah. Kisah seorang Amerika yang kita sebut saja Yankee, dalam suatu kejadian dia pingsan, ketika sadar tiba-tiba dirinya terdampar di masa ratusan tahun yang lalu di negeri Inggris, di zaman Raja Arthur berkuasa. Si Yankee itu telah mengalahkan penyihir kerajaan Merlin dengan mengandalkan pengetahuan dan teknik ilmu modern. Pada saat dia akan mengalami hukuman dibakar hidup-hidup di tengah-tengah alun-alun kerajaan, dia berteriak lantang kepada sang raja dan orang-orang yang menyaksikan, bahwa dirinya bisa menggelapkan matahari. Kebetulan, pada saat sebelum pingsan dan berpindah masa, Yankee membaca berita di koran bahwa besoknya akan terjadi gerhana matahari total, dan ternyata memang, beberapa saat setelah tantangan dia itu, matahari pun berangsur-angsur gelap. Sang raja dan orang-orang yang melihat matahari tiba-tiba menghitam dan gelap tiba-tiba datang, memohon-mohon agar matahari segera dikembalikan. Akhirnya dia lolos dari hukuman, bahkan akhirnya dia menjadi orang kepercayaan Raja Arthur.
He..he..he..meskipun itu cuma fiktif, tapi sungguh menarik ceritanya.
Kapan ya kita mengalami langsung gerhana lagi, gerhana matahari total sempurna sampai suasana gelap gulita? Mudah-mudahan kita masih diberi umur untuk menyaksikan GMT berikutnya. Amin.
Menurut perhitungan NASA, tahun depan pun akan terjadi GMT. Di Indonesia kebagian?
Sepertinya tidak. Hmmm…..sayang sekali!
(CP, Jul 2009)
Catatan: Nih, ada link kalender terjadinya gerhana matahari maupun bulan dari NASA! http://eclipse.gsfc.nasa.gov/eclipse.html
July 22, 2009
Gerhana Matahari Total...Kapan Ya Kita Bisa Merasakannya?
July 19, 2009
Antara Rasa Kecewa dan Nasionalisme
Jumat pagi, saya membaca email dalam sebuah milis, yang menginformasikan bahwa ada ledakan bom di hotel JW Marriot, baru saja terjadi. Nggak salah nih? Saya cek kembali tanggal emailnya, khawatir ini adalah berita beberapa tahun yang lalu. Tanggal hari ini. Beberapa saat kemudian ada email lain, menyatakan bahwa bom itu terjadi bukan di JW Marriot, melainkan di hotel Ritz Carlton, di mana tim klub MU yang akan berlaga di Senayan akan menginap. Dhuarrr! Kaget juga mendengar kabar itu, lalu sesaat saya mengecek ke Detiknews. Rupanya memang telah terjadi 2 ledakan bom dengan selang waktu tidak lama, di dua hotel tersebut.
Seperti mimpi rasanya, mendengar kabar kepastian bahwa klub sepakbola dunia Manchester United batal berlaga di Senayan. Bagaimana tidak, berbagai persiapan sudah dilakukan oleh panitia
July 12, 2009
Antara Rest Room dengan Jamban
Tahun 2003 di awal masuk ke perusahaan tempat kerja saya sekarang, saya mendengar ada satu ruangan di perusahaan saya yang disebut Rest Room. Pikiran saya langsung membayangkan, pasti Rest Room seperti di hotel-hotel atau restoran berbintang. Di tempat-tempat itu, Rest Room merupakan jamban atau kakus atau sekarang kita lebih mengenalnya dengan sebutan toilet. Karena di tempat mahal kali ya, makanya orang nyebutnya lain! Padahal fungsinya kan sama.
Orang Barat memang menyebut jamban/kakus itu dengan sebutan yang sangat terhormat “rest room” (yang arti harfiahnya adalah tempat istirahat) karena jamban/kakus di mereka diperuntukkan untuk melepas penat dan membuang (maaf) yang sebelumnya ditahan-tahan. Sehingga mereka membuat ruangan itu benar-benar nyaman, wangi, bersih dan terawat, serta selalu tersedia segala fasilitasnya seperti cermin, wastafel, sabun pencuci tangan, tissue, pengering tangan, tempat sampah dan lain-lain.
Kembali ke Rest Room-nya tempat kerja saya. Ternyata belakangan kemudian saya baru menyadari bahwa Rest Room itu diisi oleh para driver, alias ruangan itu tempat para driver standby menunggu tugas. Singkatnya ruang itu memang lebih tepat disebut Ruang Driver (Driver Room).
Lho, kok ruangan driver disebut Rest Room?
Melihat dalamnya ruangan, saya menduga-duga, barangkali ruangan itu disebut Rest Room karena terdapat bagian ruangan yang dipakai sebagai tempat tidur (?, berfungsi sebagai mushola juga). Nah, berarti kan tempat istirahat!
Atau memang karena ada toilet/WC-nya? Toilet atau WC kan disebut Rest Room seperti saya singgung di atas!
Mudah-mudahan dasar penyebutan Rest Room itu karena alasan yang kedua, bukan karena alasan pertama!
Istilah yang mungkin tidak salah tapi kurang tepat! (he..he..he..)
Lebih lanjut, ngomong-ngomong mengenai toilet, asal kata toilet ini adalah dari bahasa Inggris yang berarti ruangan untuk buang air (atau “buang hajat”, maaf saya tidak tahu istilah mana yang lebih sopan) atau sebutan untuk alat untuk buang air, yang dalam hal ini berarti kloset (baik jongkok maupun duduk) atau urinoir (tempat pi* itu lho!).
Urinoir, dengan sedikit keisengan pengelolanya (sumber gambar: aromic.free.fr)
Ada juga yang menyatakan bahwa toilet berasal dari bahasa Perancis, sehingga jangan heran jika ada di antara kita yang melafalkan toilet ini “toale” (sambil suaranya di-sengau-kan supaya lebih keliatan French-nya, he..he..he…)
Bagaimana dengan WC?
Sebenarnya, istilah WC ini berasal dari istilah bahasa Inggris “Water Closet” yang disingkat WC. Akan tetapi singkatan WC ini sudah menjadi istilah tersendiri di beberapa bahasa Eropa, dan salah satunya adalah bahasa Belanda, negara yang pernah menjajah kita sehingga mereka menularkannya kepada kita. Orang Belanda melafalkannya “waysay”, sementara lidah orang kita menyebutkannya “wese”. (simpel banget ya?)
Orang Inggris sendiri hampir tidak pernah menyebut WC untuk toilet. Makanya aneh kalau ada istilah ”double yu si”.
Bagaimana dengan orang Indonesia?
Ada yang menyebut WC, ada yang menyebut kamar mandi, kakus, jamban, “aer” (Bukan “air”, seperti contoh:” Maaf, saya mau ke aer sebentar”). Atau juga istilahnya sering dihaluskan dengan sebutan “belakang”, atau pun “kamar kecil”. Silakan anda menggunakan istilah yang paling anda suka! (he..he..he..)
Sebagai petunjuk/identitas ruangan toilet umum, di depannya biasanya ada istilah/identitas yang menunjukkan bahwa ruangan itu adalah toilet umum. Identitas itu berupa tulisan “MEN” atau “GENTS” dan “WOMEN” atau “LADIES”. Istilah ini dipakai untuk memisahkan ruangan toilet berdasarkan gender/jenis kelamin yang memakainya. Kenapa dipisah? Tanya tuh kepada kaum wanita? Kalau buat laki-laki, kayaknya fine-fine aja digabung juga…..(Hush…becanda!)
(sumber gambar: www.istockphoto.com)
(sumber gambar: albumo.com)
Istilah di atas biasanya digunakan di tempat-tempat seperti hotel, restoran, bandara, kantor perusahaan asing. Sementara di terminal bis, di pasar, atau di tempat-tempat umum lain, cukup tulisan “WC LAKI-LAKI” dan “WC WANITA”. (ditambah tulisan “BUANG AIR KECIL RP 1000, BUANG ….stop! tidak usah dilanjutkan…he..he..he..)
Banyak juga pemisahan ruangan berdasarkan gender untuk toilet umum hanya ditandai dengan logo/gambar orang dengan bentuk badan segitiga untuk wanita dan badan lurus untuk laki-laki. Kenapa untuk wanita gambarnya segitiga ya? Oooh…itu mungkin karena wanitanya dianggap pakai rok. Kalau nggak pakai rok?...Silakan jawab sendiri!
Toilet kering (dry toilet)?
Di Indonesia, jarang ditemukan toilet yang benar-benar memenuhi kriteria sebutan toilet kering, mengingat budaya orang Indonesia yang tidak bisa lepas dari air dalam aktivitas di toilet. Di toilet kering beneran, siap-siap saja untuk merasa tidak enak. Pasalnya, di toilet kering, tidak ada shower/semprotan air untuk ”cebok” (maaf) sehabis BAB, apalagi ada ember dan gayung!
Saya punya pengalaman dengan toilet kering ini. Karena terpaksa sudah di ujung tanduk dan tidak ada lagi toilet basah, saya pernah menggunakan toilet jenis ini. Aduh, setelah selesai. Ampyuuun deh! Cuma pake tissue buat bersih-bersihnya. Tissuenya memang selalu tersedia, tapi karena kita orang Indonesia sudah terbiasa dengan air untuk pembersih, ya gitu dechhh!
Nggak terasa cebok (maaf) begitu keluar dari toilet...ha..ha..ha..(jadi malu sendiri)
Automatic Urinoir?
Ada hal lain. Umumnya urinoir di kita ada tombol buat pembilas/penyiramnya (flush). Nah jadi kita, untuk yang muslim, pada saat air penyiramnya keluar, kita juga melakukan istinjak (membersihkan ... sehabis buang air). Di negara maju, banyak yang urinoirnya sudah tidak menggunakan tombol lagi, jadi pembilasnya akan bekerja sendiri dengan menggunakan sensor. Di kita urinoir jenis ini juga sekarang sudah mulai banyak, di toilet umum hotel-hotel bintang atau di toilet restoran berbintang atau juga di toilet perusahaan multinasional!
Saya punya pengalaman lucu sewaktu pertama kali menggunakan urinoir jenis ini, dulu waktu di Jepang. Maklum masih kampungan, belum biasa alat-alat yang otomatis. Pada saat BAK, belum sepenuhnya selesai BAKnya air flush sudah menyiram. Akhirnya waktu selesai BAK, karena kita masih perlu air buat istinjak, ya kita menjauh dulu dari situ supaya sensornya bekerja dan balik lagi untuk mengambil air. Tentu saja dengan risleting celana masih terbuka dan ....he..he..he..(malu!)
Sialnya, satu kali mundur terus balik lagi, airnya belum keluar. Sekali lagi mundur dan mendekat lagi, belum keluar juga. Akhirnya setelah mundur dan maju yang ketiga, bisa keluar juga air pembilasnya. Syukur deh...aman dan saya bisa menunaikan kewajiban istinjak.
Cuma, malu banget diliatin orang2 di sekitar. Mungkin disangkanya lagi ngapain orang ini. Ha..ha..ha..
Selanjutnya, saya tahu trik menghadapi urinoir jenis ini. Cukup miringkan badan anda ke kiri atau ke kanan (sesuai arah sumber cahaya), dan kembali lagi ke posisi semula, air flush itu akan ngocor keluar.
Anda pernah mengalami kejadian serupa? Mudah-mudahan tidak. He..he..he..
(CP, Maret 2008)
July 10, 2009
Saya Tidak Korupsi?
Belum lama ini ada seorang mantan pejabat yang divonis hukuman penjara 4 tahun karena terbukti melakukan korupsi (beritanya ada di sini). Suatu hal yang mungkin tidak disangka-sangka sebelumnya oleh yang bersangkutan, bahwa akibat tindakannya pada saat menjabat bisa sampai seperti itu. Mungkin karena beliau merasa itu sudah biasa di lingkungannya, atau juga mungkin karena merasa itu bukan tindakan korupsi.
Beberapa waktu yang lalu juga ada seorang pejabat pemda mencalonkan diri menjadi gubernur sebuah provinsi di Indonesia, dalam satu acara debat yang disiarkan di layar televisi, ada seorang di antara audience yang bertanya kepada beliau, "Saya tahu dari mulai lulus kuliah hingga menjabat sebagai Wagub, Bapak berkarir di Pemda. Dan Bapak sekarang memiliki harta yang menurut ukuran orang Indonesia sangat banyak. Pertanyaan saya, dari sekian banyak harta Bapak yang sekian puluh M itu, apakah Bapak yakin tidak ada yang diperoleh dari hasil korupsi?"
Bapak tersebut sempat terdiam sejenak, kemudian menjawab, "Tidak ada!"
Sekarang saya tanya kepada kita semua, apakah kita percaya jawaban atas pertanyaan itu?. Meskipun agama kita menyuruh agar kita tidak sudzon kepada sesama, "Okelah itu memang rizki yang diberikan Allah kepada beliau", namun dalam hati kecil sulit menerima kenyataan seorang pejabat (bukan pengusaha, dan pejabat kan tidak boleh menjadi pengusaha) bisa memiliki harta hingga puluhan M. Astaghfirullah, maafkan hambamu ya Allah! Bisa saja beliau memang punya orang tua yang kaya raya dan mewariskan kekayaannya kepada beliau.
Kebanyakan orang kita (orang Indonesia) merasa tidak melakukan korupsi. Pehamaman korupsi yang ada di benak sebagian besar orang kita, korupsi adalah memakan langsung uang yang bukan haknya, misalnya uang perusahaan atau uang negara. Tapi jika menerima pemberian uang atau barang dari pihak lain, kita tidak merasa melakukan korupsi.
Padahal, korupsi yang paling banyak terjadi di Indonesia, adalah yang jenis seperti itu. Kongkalikong antara pejabat publik dengan pengusaha, dalam meloloskan proyek atau memenangkan tender. Proyeknya lolos, pengusahanya senang. Saking senangnya si pejabat ditraktir atau diberikan hibah (istilah yang sering digunakan seseorang untuk berdalih dari mana hartanya berasal) barang ataupun uang. Si pejabat tidak meminta uang ke si pengusaha, jadi dia tidak merasa melakukan korupsi. "Orang dikasih kok! Siapa suruh ngasih duit?", pikirnya seperti itu.
Tapi apakah hal seperti itu merugikan negara? Tentu saja! Karena menimbulkan High Cost Economy.
Dulu pernah ada kasus pengadilan di Singapura antara BUMN pengelola minyak kita Pertamina dengan janda seorang mantan Direkturnya, Kartika Thaher. Kartika Thaher mengajukan pembelaan, uang warisan suaminya bukan dari hasil korupsi, karena itu semuanya adalah pemberian dari pihak lain. Sementara Pertamina menggugat, pemberian dari pihak lain itu adalah sebenarnya untuk Pertamina, jadi merupakan korupsi juga. Alasan Pertamina, pemberian itu dilakukan karena suami Kartika ini saat itu menjabat sebagai direktur Pertamina.
(Memang benar sih, coba kalau kepada orang biasa, tidak usah jauh-jauh, sayalah misalnya, mana ada perusahaan yang mau memberikan hibah uang, apalagi dalam jumlah besar!)
Argumentasi itu akhirnya diperdebatkan di pengadilan Singapura, dan Alhamdulillah (sampai saat ini bagi kita Singapura masih kurang kooperatif terhadap Indonesia kalau menyangkut kejahatan korupsi), pengadilan sana memenangkan gugatan pihak Pertamina. Akhirnya asset kekayaan sang mantan direktur itu ditarik dari bank Singapura kembali ke Indonesia.
Sayangnya, argumentasi Kartika Thaher saat itu masih dipakai oleh sebagian oknum warga negara kita hingga kini, yang tidak merasa melakukan korupsi tapi sebenarnya merugikan. Di tengah upaya keras KPK menjaring para penjahat korupsi, suasana seperti itu (kongkalikong atau pun pungli atau pun pelicin atau balas budi pimpinan daerah terhadap bekas tim suksesnya atau apapun namanya) bisa terlihat di kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari saat mengurus KTP, mengurus SIM, passport, dokumen bea cukai, memasukkan barang ke perusahaan dan lain-lain yang sangat banyak, tidak lepas dari "pemberian" yang mungkin ikhlas tidak ikhlas ini.
Sementara yang menerima pun, merasa tidak meminta. Juga tidak merasa mengambil uang negara/perusahaan.
Hanya, kalau tidak diberi, kenapa jadi lambat ya pengurusannya? Kenapa jadi susah memenangkan tendernya? Kenapa customer kita pindah ke supplier lain? Kenapa pelanggaran dibiarkan kasat mata terjadi tanpa tindakan nyata dari aparat? Dan lain-lain yang pasti Bapak Ibu pernah merasakannya
Selama korupsi masih merajalela di segala lini kehidupan bangsa dan negara kita, mustahil kemajuan dan kesejahteraan bisa kita raih. Pimpinan yang sekuat apapun, yang sebersih bagaimanapun, tanpa didukung aparatnya, tanpa didukung rakyat dan warganya, adalah mustahil menghilangkan budaya korupsi yang sudah mendarah-daging.
Perbaikannya, kembali pada diri kita masing-masing. Dimulai dari kita sendiri. Bisakah?
Coba periksa diri kita, adakah sebagian penghasilan kita yang berasal dari pemberian ikhlas tidak ikhlas dari orang lain?
Majulah bangsaku, berantaslah korupsi!
(CP, Jul 2009)
July 5, 2009
Dinten-D: 8 Juli 2009
Bagi para capres dan cawapres, serta terutama bagi tim suksesnya masing-masing yang lebih berkepentingan, tanggal 8 Juli 2009 merupakan hari penentuan, The Judgement Day (bukan film Terminator lho!). Hari Rabu lusa itu, adalah hari yang dinanti-nanti sekaligus hari yang sangat berpengaruh pada kehidupan mereka. Oleh karena itu, mereka sedang menghitung hari (nah, ini juga bukan lagu Krisdayanti!), berapa hari lagi mencapai tanggal tersebut. Karena dihitung, maka dikenallah istilah H-2 untuk hari ini, sementara besok adalah H-1, dan tanggal 8 adalah Hari H bagi Pemilu Pilpres.
Hari H? Apa itu? Kenapa disebut hari H ya?
Ternyata istilah itu merupakan adaptasi dari istilah Inggris D-day. D-day sendiri merupakan istilah dalam buku-buku militer barat, khususnya Amerika Serikat, yang berarti hari di mana suatu operasi dijalankan. Dalam operasi militer, malah ada istilah lain: H-hour, M-minute, dan S-second. Wajar sih, karena dalam sebuah operasi militer, akurasi waktu sangat dibutuhkan, sehingga pada hari hingga detik yang ditentukan benar-benar harus dijalankannya sebuah aksi atau pun tindakan lain.
Istilah D-day mulai dikenal luas sewaktu pendaratan tentara sekutu di pantai Normadia Perancis untuk membebaskan Eropa dari pendudukan tentara Jerman, pada tanggal 6 Juni 1944. Saat itu, sebanyak 3 juta tentara sekutu didaratkan di pantai Normandia untuk memulai penyerangan atas tentara Jerman yang sudah bertahun-tahun menguasai daratan Eropa. Bayangkan, 3 juta tentara! Dari laut dan udara. Banyak sekali ya! Gak kebayang. Gimana suasananya ya saat itu?
Nah, sebagai gambarannya kita bisa melihatnya di film Spielberg ”Saving Private Ryan”. Adegan awal di film itu adalah suasana pada saat tentara sekutu mendarat di pantai dan ditembaki oleh tentara Jerman.
Tentara Sekutu ditembaki di Normandia (sumber gambar: Saving Private Ryan)
Sejak itu, istilah D-day dipakai juga oleh masyarakat umum. Sampai-sampai orang kita pun mengadaptasinya menjadi istilah Indonesia Hari-H, dan dipakai untuk bermacam-macam keperluan, terutama keperluan peringatan atau penyelenggaraan hari-hari istimewa.
Pernah dengar nggak orang Jawa atau orang Sunda juga pakai istilah itu dalam bahasa daerahnya: Dinten-D ?
Kayaknya aneh ya?
(CP, Des 2007/Jul 2009)