Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Powered by Blogger

July 23, 2012

Berwisata ke Singapura (bag. 3)

Merencanakan tempat-tempat yang akan dikunjungi

 

Supaya selama di sana jelas mau ke mana saja dan tidak menjadi acara luntang-lantung yang tidak jelas, bagaimana dan naik apa ke sananya serta berapa uang yang perlu kita siapkan karena sebagian tempat harus bayar, kita butuh merencanakan tempat-tempat yang akan kita kunjungi. Nah, rencana kami yang utama adalah mengunjungi Merlion Park di Marina Bay, di mana terdapat patung Merlion (makhluk berbadan ikan berkepala singa) yang menjadi ikon Singapura, Singapore Science Centre (SSC) atas permintaan Andra, Sentosa Island tempat wisata hiburan sejenis Ancol kalau di Jakarta, dan juga Andra punya keinginan untuk berkunjung ke KBRI Singapura, atau kalau tidak, salah satu museum di sana. Ke Bugis Junction juga untuk cuci mata dan sedikit belanja. Selebihnya...tergantung di sana alias kumaha engke...hehehe...

 

Ada satu objek wisata yang terhitung masih gres dan sangat bergengsi, yaitu Universal Studio Singapore (USS) di kawasan Sentosa Island. Namun mengingat tiket masuk per orangnya cukup mahal (sekitar 66 dollar Singapura, atau sekitar 500 ribu rupiah), untuk kali ini kami belum berencana ke sana. Aduh, bisa nggak makan nanti selama di sana...hehehe...

 

Pada malamnya hari keberangkatan, kami melakukan pengemasan pakaian, barang-barang kecil yang diperlukan, makanan-makanan kecil termasuk mie instan, tempat minum, dan makanan oleh-oleh buat "saudara" kami di sana. Kamera? Tentu saja...karena ini mah barang yang amat wajib dibawa, untuk mengabadikan kenang-kenangan selama kami di sana. Tempat minum sangat perlu, karena berdasarkan cerita orang-orang, tempat minum itu sangat menghemat pengeluaran untuk minum selama jalan-jalan di sana. Nanti bisa diisi air minum di tempat kita menginap, atau di tempat-tempat tertentu di mana tersedia kran air minum gratis.

Kalau beli air minum di sana, satu botol bisa 1,5 sampai 2 dollar Singapura. Atau sekitar 10 ribu hingga 15 ribu. Wedeww...mahal banget ya, cuma buat minum air putih doang!

 

Bagaimana dengan fasilitas telekomunikasi selama di sana? Perlu disiapkan juga lho, buat menghubungi pemilik apartemen, menghubungi beberapat teman  di sana, lalu untuk selalu update keadaan di tanah air. Juga supaya tetap tersambung dengan keluarga maupun teman-teman, termasuk milis Cikarang Baru…:)

Beruntunglah istri saya yang menggunakan kartu XL di BB-nya. Ternyata ada promo dari provider tersebut berupa BIS gratis selama tiga hari di sana. Jadi untuk internetan, BBM, facebook-an akan gratis selama di sana. Hanya saja, untuk menelpon dan sms, tarif yang dikenakan adalah 3500 rupiah per menit menelpon atau sekali SMS. SMS-nya kok mahal ya?

Saya yang menggunakan kartu Halo untuk android saya, harus siap-siap gigit jari. Telkomsel ternyata tidak banyak membantu. Ada program dari telkomsel untuk roaming data secara unlimited selama di sana, hanya saja tarifnya 100 ribu per hari. Muahal, Om!..Masak buat “always connected” selama di sana kita harus keluar 400 ribu rupiah?

Akhirnya istri saya membelikan kartu perdana XL untuk saya, yang memiliki fitur internet roaming data unlimited dengan biaya “hanya” 25 ribu rupiah per hari, dengan syarat jaringan harus di-setting ke operator setempat, M1, tidak ke yang lain. Lumayaan…XL memang sangat membantu!

Keberangkatan

 

Hari Sabtu pagi itu kami berangkat ke Bandara Soekarno Hatta menggunakan Bis Damri dari depan Plaza JB. Beruntunglah kita warga Cikarang Baru yang dipermudah oleh keberadaan bis bandara ini, dan mudah-mudahan dipertahankan terus oleh pihak Jababeka dan Damri.

Dengan keberangkatan pesawat kami yang jam 9.00, sebenarnya ada dua waktu keberangkatan bis yang bisa dipilih, jam 4.00 atau jam 5.00 pagi. Kami memilih yang jam 4.00, dengan perhitungan kami akan tiba di bandara Soekarno Hatta sekitar jam 5.30. Terlalu pagi memang dan tentunya kami akan menunggu cukup lama hingga jam 9.00. Namun, jika kami menggunakan bis yang berangkat jam 5.00, bisa jadi kami tiba jam 7 atau lebih, karena sudah siang yang pastinya jalanan sudah penuh dengan kendaraan meskipun hari itu hari Sabtu. Kami tidak mau ambil resiko terlambat tiba di bandara dan terlambat pula untuk check-in.

Bis Damri yang berukuran 3/4 itu berangkat pukul pada pukul 4.01. Lumayan, cukup commit juga bis tersebut terhadap jadwal keberangkatannya. Perjalanan cukup lancar dengan kondisi jalan yang masih agak kosong, dan bis sempat keluar di pintu tol Grenwis entah untuk apa, apakah untuk menaikkan penumpang juga di sana padahal bis sudah penuh atau hanya sekedar untuk si sopir yang tanpa ditemani kondektur bisa berhenti meminta ongkos kepada para penumpang (sebenarnya kan bisa juga di rest area). Tiga puluh ribu rupiah per orang ongkosnya. Cukup murah daripada menggunakan taksi.

Sesuai perhitungan, bis Damri yang kami tumpangi tiba di Cengkareng Terminal 2E sekitar pukul 5.30. Waktu yang memang masih sangat lama untuk keberangkatan pesawat, namun itu lebih baik. Kita bisa ke toilet, sholat, sarapan, dan lain-lain terlebih dahulu, bahkan tidur lagi...hehehe...karena masih mengantuk!

Jam 6.30 kami check-in di counter Sriwijaya Air. Terasa sepi, hanya ada satu orang penumpang lain di luar kami yang terlihat check-in. Penumpang yang lain ke mana ya? Apa belum pada datang ya?

Koper-koper kami serahkan ke petugas untuk dimasukkan ke bagasi pesawat...masih banyak sisa jatahnya setelah ditimbang. Seperti saya utarakan sebelumnya, karena Sriwijaya Air ini bukan low cost airlines, jatah bagasi per penumpang tetap standar, 20 kg per orang.

Di counter ini, kita akan diminta juga membayar airport tax yang besarnya 150 ribu rupiah per orang. Di samping boarding pass yang kita terima, terdapat pula kartu disembarkasi dari imigrasi negara yang menjadi tujuan kita, yang harus kita isi datanya. Sementara kartu embarkasi dari imigrasi Indonesia, sudah tidak diberikan lagi. Pajak fiskal? Tidak lagi layauww...2,5 juta rupiah bagi bukan pemilik NPWP sungguh merupakan uang yang banyak. Beruntunglah sudah tidak berlaku lagi sejak awal tahun 2011.

Setelah melewati pemeriksaan imigrasi, kami berjalan ke arah gate keberangkatan sesuai yang tertera pada boarding pass kami. Masih banyak waktu, sehingga kami masih sempat mampir dan melihat-lihat barang-barang yang dijual di toko-toko sepanjang perjalanan menuju Gate yang dituju. Andra dan Sasha sesekali bercanda satu sama lain. Mereka terlihat sumringah sekaligus sedikit nervous karena kali itu adalah kali pertama mereka akan naik pesawat terbang sekaligus pergi ke negeri orang.

Satu catatan saya, saat menjelang masuk boarding gate, saat melewati pintu pemeriksaan terhadap barang bawaan kita. Semua minuman akan diminta atau paling tidak dikosongkan isinya. Barang-barang berupa cairan seperti obat gosok atau kosmetik, yang volumenya lebih dari 100 ml juga akan diminta (disita) petugas. Jadinya, sebelum tiba di pintu pemeriksaan, minuman air mineral yang dari tadi dibawa, kami habiskan dulu. Sayang…hehehe…

Barang-barang seperti gunting, juga tidak boleh dibawa masuk ke dalam pesawat. Beberapa waktu sebelumnya, saya pernah bicara kepada anak-anak, bahwa kalau membawa gunting tidak boleh ditaruh di tas yang dibawa ke kabin. Namun sayang, saat pemeriksaan, ternyata Sasha diketahui membawa gunting di dalam tas ranselnya. Dia memang membawa tempat pensil, dan di dalamnya selalu terdapat gunting. Jadilah gunting yang biasa dipakainya untuk keperluan sekolah diambil petugas. Dan ternyata, di dekat pintu pemeriksaan terdapat kotak kaca yang di dalamnya sudah banyak terisi gunting-gunting dan sebangsanya, sitaan dari penumpang. Waduh...ni nantinya barang-barang ini dikemanakan ya?...;)

Dek, lain kali kalau mau bawa gunting, guntingnya ditaro di koper yang masuk bagasi pesawat yakh!

Sementara, Andra yang dari tadi khawatir gunting kukunya diambil petugas, bisa bernapas lega karena gunting kukunya ternyata tidak ikut diambil. Mungkin tidak begitu terlihat di layar kamera sinar X petugas. Atau memang diperbolehkan ya?

Setelah memasuki gate yang dituju, kami menunggu sekitar 1 jam di ruang tunggu. Di sini kami menyadari bahwa penumpang pesawat Sriwijaya Air ini cukup banyak. Hingga akhirnya ada pengumuman untuk keluar ke arah pesawat. Kami pun berbaris ke arah pintu ke luar. Namun, kami diarahkan bukan melalui garbarata (belalai) untuk kemudian langsung masuk pesawat, namun turun ke luar dan diminta untuk naik bis, menuju pesawat yang sudah menunggu di satu tempat. Ooo…pesawatnya tidak di dekat ruang tunggu tho…!

Menunggu keberangkatan pesawat

Kami pun naik menggunakan tangga pesawat, dan mencari tempat duduk sesuai nomor pada boarding pass. Andra duduk di dekat jendela, supaya dia bisa melihat ke luar, melihat seperti apa langit dari dalam pesawat dan seperti apa bumi serta laut dilihat dari udara. Sementara Sasha saya minta duduk di tepi gang (aisle), supaya tidak berdekatan dengan Andra. Habis, mereka suka berantem sih kalau deketan!

Beberapa saat, pesawat pun terbang. Welcome on board, Andra and Sasha!

Membaca doa perjalanan

 

Mengalami pertama kali terbang, anak-anak terlihat sangat menikmati perjalanan mereka. Apalagi saat pramugari yang langsing-langsing (saya belum pernah menjumpai pramugari yang gendut...hehehe...) membagikan makan untuk penumpang, Andra langsung girang. Sarapan di bandara tadi belum mengenyangkan perutnya.

Boeing 737-400 terbang di atas Laut Jawa dengan ketinggian 30 ribu kaki...

Bersambung...